Seperempat Abad Google: Dari Garasi Sampai Kini Jadi Serba AI

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 05 Sep 2023 10:15 WIB
Larry Page dan Sergey Brin. Foto: Pool (Business Insider)
Jakarta -

Rasanya kisah berdirinya Google sudah banyak diketahui orang, yaitu saat Larry Page dan Sergey Brin mendirikan Google pada 4 September 1998. Layanan Google yang saat itu masih berupa mesin pencari selama beberapa bulan "tinggal" di garasi Susan Wojcicki -- kini jadi bos YouTube.

Tentu perkembangannya kini sudah sangat pesat, mungkin tepatnya Google sudah berkembang pesat sejak beberapa tahun lalu. Bahkan kata Google sudah masuk ke dalam kamus sejak 17 tahun yang lalu.

Google, kini di bawah induk perusahaan yang bernama Alphabet, mendiversifikasikan bisnisnya ke berbagai sektor, malah mungkin hampir ke semua sektor teknologi. Bahkan di beberapa sektor itu juga didominasi oleh Google.

Kini fokus Google tampaknya ada di bagaimana mereka bisa menjadi pemimpin pasar di ranah kecerdasan buatan atau AI. Namun langkahnya itu, setidaknya untuk saat ini, akan cukup berat karena tertinggal dari OpenAI, yang lebih dulu merilis ChatGPT dan langsung populer.

Bahkan seorang engineer Google pun, dalam memo yang bocor ke publik, mengakui kalau Google tak punya "bumbu rahasia" di ranah AI, dan akan sulit memenangkan persaingan AI dengan para rivalnya, terutama OpenAI.

Sebagai informasi, OpenAI juga menerima investasi miliaran dolar dari Microsoft, yang sudah mengintegrasikan GPT ke dalam produk-produknya seperti Bing dan Office 365, demikian dikutip detikINET dari BBC, Senin (4/9/2023).

Bahkan ChatGPT sering disebut sebagai "Google killer" karena bisa menjawab pertanyaan dengan lebih baik ketimbang sekadar membeberkan hasil pencarian di web.

Sebenarnya, arsitektur language model transformer yang dipakai ChatGPT dibuat oleh Google, tepatnya oleh tim Google Brain, yang dipublikasikan oleh Ashish Vaswani dalam makalah berjudul "Attention Is All You Need" pada 2017.

Namun saat Google menggunakannya di Bard, hasilnya tak sebagus ChatGPT. Meski begitu, Carolina Milanesi, analis dari Creative Strategies masih yakin Google bisa mengejar ketertinggalannya di ranah AI, karena kesempatannya masih sangat terbuka, baik di ranah consumer ataupun enterprise.

"Saya tak menganggap Google tertinggal di topik AI," kata Milanesi.

Hal senada diutarakan Susannah Streeter, head of money and market di Hargreaves Lansdown. Menurutnya AI Google masih bisa sukses di bisnis cloud.

Pasalnya perusahaan cloud bisa memberikan akses ke jaringan komputer yang sangat besar dengan kemampuan komputasi sangat tinggi, yang sulit dimiliki oleh perusahaan biasa.

"Alphabet memposisikan dirinya di tengah revolusi AI dengan bisnis Google Cloud-nya, terutama karena ada permintaan dari pebisnis untuk memperbarui infrastruktur dan storage untuk mengolah pekerjaan AI generatif," kata Streeter.

"Mungkin (Google) adalah yang paling kecil di antara tiga besar penyedia cloud, di belakang Amazon Web Services dan Microsoft Azure, namun (Google) masih sangat bertenaga," tambahnya.

Sebenarnya Google pun tengah menjajal Search Generative Experience di Google Search. Lewat fitur ini, pengguna bisa mendapat rangkuman dari teks panjang yang mereka baca di Google.

Selamat ulang tahun ke-25, Google!

Simak Video '25 Tahun Google, Ini yang Paling Banyak Dicari':






(asj/asj)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork