Di Turki, ada budaya adu unta yang kemudian diangkat menjadi festival tahunan Selcuk. Festival ini penuh pro dan kontra, terutama di kalangan pecinta hewan yang menyarankan untuk segera menghentikan budaya sabung unta ini.
Melansir New York Times, tren gelut unta sebenarnya sempat menurun di tahun 1920-an. Namun entah mengapa, praktik ini kembali populer di tahun 1980-an ketika minat budaya tradisional Turki mengalami peningkatan. Tradisi ini setidaknya sudah berjalan selama 2.400 tahun dan Incirliova, sebuah kota di provinsi Aydın yang bertetangga dengan Izmir, dipandang sebagai lokasi utama gulat.
Unta yang digunakan biasanya adalah unta Tulu, yang merupakan campuran dari unta Baktria (berpunuk dua) dengan unta dromedaris (berpunuk satu). Unta ini dibiakkan khusus untuk kompetisi.
Unta-unta ini kemudian diadu sekitar 15 menit, tidak boleh lebih -- dengan alasan untuk melindung unta dari ancaman luka serius. Sebelum dibawa ke lapangan terbuka di alam liar, unta jantan biasanya akan didekatkan terlebih dahulu ke unta betina namun tidak boleh saling menyentuh. Dengan begitu, terjadinya ketegangan seksual yang disebut para pelatih bisa meningkatkan kekuatan unta jantan.
Untuk mendapatkan pemenang dalam gelut, unta yang dinyatakan menang harus membuat unta lainnya tersungkur atau berteriak. Namun, jika situasi mulai tidak terkendali, gelut bakal dihentikan.
Para pelatih unta konon sangat perhatian kepada unta mereka. Bahkan, beberapa pelatih, seperti Yilmaz Bicak, mengaku tidur dengan untanya semalaman di sebuah lumbung di pinggiran kota guna memastikan kesehatan untanya dan mencegah datangnya pencuri.
Tergabung dalam festival ini merupakan kebanggaan bagi setiap pemilik unta. Mereka akan merawat unta peliharaan mereka dengan sangat baik. Setiap unta mengkonsumsi sekitar 5 ton pakan ternak setiap tahunnya. Karena perawatannya tidak murah, seekor unta dapat dijual lebih dari USD 74.000 (Rp 1,1 miliar).
Baca juga: Mendulang Cuan dari Kloning Unta di Dubai |
Simak Video "Video: Polisi Hancurkan Arena Sabung Ayam di Musi Rawas, Pelaku Diburu"
(ask/ask)