NASA Bikin 'ChatGPT' Khusus Astronaut, Buat Apa?
Hide Ads

NASA Bikin 'ChatGPT' Khusus Astronaut, Buat Apa?

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 27 Jun 2023 11:15 WIB
Astronauts Reid Wiseman, Victor Glover, Jeremy Hansen and Christina Koch, crew members of the Artemis II space mission to the moon and back, attend an NASA event in Houston, Texas, U.S., April 3, 2023. REUTERS/Go Nakamura
Para astronaut untuk misi Artemis. Foto: REUTERS/Go Nakamura
Jakarta -

Demam ChatGPT tak cuma terjadi di perusahaan teknologi, melainkan juga terjadi di NASA, yang mau membuat sebuah sistem dengan tampilan mirip ChatGPT.

Berbeda dengan chatbot seperti ChatGPT, sistem natural language yang dibuat NASA ini dibuat untuk membantu astronaut dalam melakukan manuver dan bereksperimen, namun dengan tampilan antarmuka mirip ChatGPT.

"Pemikiran utamanya mencapai pada titik di mana kita mempunyai interaksi percakapan dengan kendaraan luar angkasa dan mereka juga bisa berbicara ke kita untuk memberi peringatan, memberi tahu temuan menarik yang mereka temukan di tata surya dan lainnya," kata Dr. Larissa Suzuki, saat berbicara di pertemuan IEEE terkait komunikasi luar angkasa generasi selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini benar-benar bukan fiksi sains lagi," tambahnya, seperti dikutip detikINET dari Engadget, Senin (26/7/2023).

NASA berencana memasang sistem ini di Lunar Gateway, stasiun luar angkasa yang akan mengorbit di Bulan dan akan memberikan dukungan pada misi Artemis. Sistem ini akan memakai antarmuka natural language yang membuat astronaut bisa mencari saran dalam eksperimen ataupun melakukan manuver tanpa perlu membuka buku manual yang rumit.

ADVERTISEMENT

Dalam laman di situs resminya, NASA menurliskan sistem ini memerlukan AI dan teknologi machine learning untuk mengatur bermacam sistem saat sedang tak digunakan. Hal tersebut mencakup mengatur prioritas transmisi data, operasional otonom, manajemen kesehatan dari Gateway, dan lain sebagainya.

Suzuki mencontohkan kalau sistem AI ini bakal secara otomatis memperbaiki masalah transmisi data, termasuk transmisi data yang tak efisien, dan juga bermacam masalah digital lain.

"Kami tidak bisa mengirimkan engineer ke luar angkasa setiap kendaraan luar angkasa tak bisa diakses ataupun ada kerusakan dari sisi software," jelas Suzuki.




(asj/asj)