ChatGPT Makin Populer, Elon Musk Peringatkan Bahaya AI
Hide Ads

ChatGPT Makin Populer, Elon Musk Peringatkan Bahaya AI

Virgina Maulita Putri - detikInet
Sabtu, 18 Feb 2023 06:29 WIB
Elon Musk, the co-founder and chief executive of Electric carmaker Tesla, gestures during a ceremony in Dubai on February 13, 2017.
Tesla announced the opening of a new Gulf headquarters in Dubai, aiming to conquer an oil-rich region better known for gas guzzlers than environmentally friendly motoring. / AFP PHOTO / KARIM SAHIB        (Photo credit should read KARIM SAHIB/AFP via Getty Images)
ChatGPT Makin Populer, Elon Musk Peringatkan Bahaya AI Foto: AFP via Getty Images/KARIM SAHIB
Jakarta -

Kehadiran ChatGPT menunjukkan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pintar. Tapi menurut Elon Musk, AI yang semakin pintar justru harus diwaspadai.

Saat berbicara di event World Government Summit di Dubai, Musk ditanya opininya tentang perkembangan teknologi AI dalam 10 tahun mendatang. Ia menjawab AI merupakan teknologi yang menjanjikan tapi juga bisa berbahaya.

"Salah satu ancaman terbesar bagi masa depan peradaban adalah AI," kata Musk, seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (18/2/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Teknologi) ini sama-sama positif atau negatif dan sangat, sangat menjanjikan dan memiliki kemampuan yang hebat," sambungnya. Namun ia menekankan bahwa di balik kemampuan tersebut ada bahaya yang besar.

Musk mengungkap beberapa masalah terkait kemajuan AI, salah satunya adalah tidak ada regulasi yang mengatur pengembangan AI. CEO SpaceX dan Tesla ini mengatakan regulasi mungkin akan memperlambat kemajuan AI tapi itu bisa saja jadi hal yang positif.

ADVERTISEMENT

"Saya pikir kita harus mengatur keamanan AI, terus terang. Menurut saya, ini sebenarnya ancaman yang lebih besar bagi masyarakat daripada mobil atau pesawat atau obat-obatan," ujar Musk.

Peringatan Musk ini tidak mengagetkan mengingat ia pernah beberapa kali mengungkap kekhawatirannya soal kecanggihan AI. Menariknya, Musk sendiri merupakan salah satu pendiri OpenAI, startup AI yang mengembangkan ChatGPT.

Namun, mantan orang terkaya di dunia ini sudah tidak terlibat dengan OpenAI setelah meninggalkan dewan direksinya pada tahun 2018 dan tidak lagi memegang saham perusahaan.

"Awalnya (OpenAI) dibuat sebagai nirlaba open source. Sekarang menjadi closed-source dan mencari keuntungan. Saya tidak memiliki saham terbuka di OpenAI, saya juga bukan anggota dewan direksi, dan saya juga tidak mengendalikannya dengan cara apapun," pungkasnya.




(vmp/afr)