Elon Musk Ngaku Beli Twitter Bukan Soal Uang, Kok Ngebet Cari Cuan?
Hide Ads

Elon Musk Ngaku Beli Twitter Bukan Soal Uang, Kok Ngebet Cari Cuan?

Anggoro Suryo - detikInet
Jumat, 04 Nov 2022 22:11 WIB
A sign is pictured outside the Twitter headquarters in San Francisco, Wednesday, Oct. 26, 2022. A court has given Elon Musk until Friday to close his April agreement to acquire the company after he earlier tried to back out of the deal. (AP Photo/Godofredo A. VΓ‘squez)
Foto: AP/Godofredo A. VΓ‘squez
Jakarta -

Beberapa langkah yang pertama diambil Elon Musk setelah membeli Twitter senilai USD 44 miliar adalah mencari cara untuk memonetisasi layanan tersebut.

Salah satunya adalah dengan rencana PHK besar-besaran untuk mengirit pengeluaran, menerapkan pelanggan berbayar USD 8 per bulan, dan sejumlah fitur lain seperti paywall untuk video dan isu direct message berbayar.

Langkah semacam ini membuat Musk terlihat sangat ngebet untuk menggenjot pemasukan Twitter. Padahal sebelum akuisisi tersebut dilakukan, Musk sering menyatakan kalau akuisisi tersebut bukan ia lakukan untuk mencari uang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini bukan cara untuk menghasilkan uang. Mempunyai platform yang dipercaya secara maksimal dan inklusif secara luas sangat penting untuk peradaban di masa depan. Ini bukan soal ekonomi sama sekali," ujarnya di wawancara TED pada April lalu.

Namun semangatnya untuk membeli Twitter itu merosot drastis saat ia melihat buku keuangan Twitter. Bahkan ia sempat mau membatalkan akuisisinya, sampai-sampai persoalannya dibawa ke Meja Hijau.

ADVERTISEMENT

Tampaknya Musk kaget betul melihat kondisi keuangan Twitter, yang pada kuartal sebelumnya mencatatkan kerugian USD 344 juta. Dengan jumlah pengguna yang tak bertambah, para investor pun tentu menjadi pesimis dengan kondisi keuangan Twitter ke depannya.

Kini dengan akuisisi oleh Musk tersebut, utang Twitter pun bertambah miliaran dolar, yang membuat masalahnya menjadi semakin pelik. Pasalnya Musk meminjam uang sebesar USD 13 miliar untuk membiayai akuisisi tersebut.

Akibatnya, cicilan yang harus dibayarkan Twitter setiap tahunnya mencapai USD 1 miliar, jauh lebih banyak dari jumlah keuntungan Twitter selama 2021. Lalu soal bisnis iklan Twitter, yang sebenarnya adalah pemasukan utama mereka, menjadi goyah sejak Musk berencana mengakuisisi Twitter sejak April lalu.

Jumlah pemasukan dari iklan menurun secara keseluruhan, dan kini malah banyak pengiklan yang menyetop sementara pemasangan iklannya di Twitter karena bermacam aksi Musk yang dianggap berbahaya.

Maka wajar saja jika Musk kemudian mencari semua celah di Twitter yang bisa dipakai untuk menghasilkan uang. Termasuk mencari pemasukan selain iklan, seperti membuat skema pelanggan berbayar, dan lain sebagainya.

Namun kalaupun semua akun terverifikasi di Twitter -- jumlahnya sekitar 400 ribu akun -- mau membayar USD 8 tiap bulannya agar tetap terverifikasi, hanya akan menghasilkan pemasukan USD 38 juta per tahun, masih sangat jauh dari cicilan USD 1 miliar yang harus dibayarkan oleh Twitter.




(asj/fay)