Ade Armando dan Kurangnya Empati Pada Tragedi Kanjuruhan

Ade Armando dan Kurangnya Empati Pada Tragedi Kanjuruhan

ADVERTISEMENT

Kolom Telematika

Ade Armando dan Kurangnya Empati Pada Tragedi Kanjuruhan

Hariqo Satria - detikInet
Rabu, 05 Okt 2022 13:15 WIB
Hariqo Satria
Hariqo Satria
Direktur Eksekutif Komunikonten dan CEO Global Influencer School. Praktisi Strategi Komunikasi, Pengamat Media Sosial, Dosen tidak tetap dan Penulis Buku Seni Mengelola Tim Media Sosial
Ribuan suporter gabungan dari Brajamusti, The Maident, BCS, hingga Pasoepati, berkumpul di area parkir Stadion Mandala Krida Jogja, Selasa (4/10/2022) malam, untuk mendoakan korban tragedi Kanjuruhan, Malang.
Doa bersama suporter untuk Tragedi Kanjuruhan (Foto: Pius Erlangga/detikJateng)
Jakarta -

Kita sepakat, bahwa tragedi meninggalnya 131 orang saudara kita di Malang, belum pernah kita alami. Maka hati-hatilah dalam berkomunikasi.

Mulailah dengan empati, karena itu adalah syarat utama ketika ada krisis.

Pertanyaan dari prinsip empati adalah, siapa yang paling berduka atas tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan?

Mereka adalah ibu-Ibu, bapak-bapak, saudara dan keluarga besar dari 127 orang saudara kita yang meninggal dunia dan ratusan yang dirawat. Kemudian Aremania, warga Jawa Timur, seluruh bangsa Indonesia, warga dunia dan lain-lain.

Saya sedih sekali dengan pernyataan Ade Armando yang mengatakan, "Yang jadi pangkal masalah adalah supporter Arema yang sok jagoan melanggar semua peraturan dalam stadion, dengan gaya preman masuk ke lapangan, petentengan."

Apa maksud Ade menyimpulkan "pangkal masalah". Bukankah ini dalam penyelidikan oleh Tim yang dibentuk Pak Mahfud MD, yang akan merunut kronologi sejak sebelum pertandingan, atau sejak yang paling pangkal.

Nampaknya Ade Armando gagal menghayati duka mendalam yang dirasakan ratusan keluarga yang ditinggalkan oleh orang-orang yang sangat dicintainya.

Setiap orang boleh berpendapat, tapi sebagai Dosen UI, harusnya ia mampu memilih kata-kata yang lebih baik.

Propaganda menyudutkan supporter juga disebarkan di medsos.

Sebuah suara tak dikenal, mengaku penjual dawet mengatakan bahwa para supporter meninggal dunia itu karena mabuk. Belakangan diketahui video itu hoaks. Entah siapa yang membuatnya. Ahli IT Ainun Najib lewat akun twitternya langsung ragu dengan kesaksian dalam suara tersebut.

Belajar dari sejarah, prinsip 'honesty is the best policy' haruslah diterapkan dalam kasus ini.

Kita apresiasi langkah cepat Pak Mahfud MD, Kapolri yang mendatangi keluarga korban, Panglima TNI yang mengecek video-video yang beredar.

Semoga terus mengutamakan empati dan kejujuran dalam proses investigasi untuk perbaikan, demi kepentingan nasional.

Empati, kejujuran, keberanian adalah syarat utama semua pihak bisa kerja bersama. Tanpa ketiganya, maka kepentingan nasional akan dinomorduakan demi mempertahankan jabatan.



Simak Video "Pilu 2 Balita di Malang, Tak Tahu Ibunya Tewas dalam Tragedi Kanjuruhan"
[Gambas:Video 20detik]
(fay/fay)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT