Momen kemerdekaan adalah refleksi kita pada Indonesia yang terus berkembang. Semangat merdeka jangan cuma di dunia nyata, tapi harus bisa menembus sampai ke ruang digital.
Inovasi dan kemajuan teknologi mengubah banyak hal sejak kita merdeka pada 17 Agustus 1945. Ruang digital hari ini menjadi bagian dari Indonesia juga, bukan cuma yang ada di dunia nyata.
Apakah makna kemerdekaan tetap sama di ruang maya? Jawabannya: Harus!
Dunia digital menawarkan sejumlah kemerdekaan baru untuk orang Indonesia. Pertama, untuk masuk ke dunia digital, kita harus merdeka dari gaptek. Ini jadi tantangan bagi generasi boomer, tapi sudah seperti bernafas bagi Generasi Z.
Kedua, dunia digital menawarkan kemerdekaan bersuara, berekspresi dan berkreasi. Media sosial menjadi ruang bicara tanpa tedeng aling-aling bertameng akun anonim. Di situ kita belajar soal kemerdekaan yang kebablasan.
Di ruang digital, kita dihujani hoax, misinformasi dan provokasi yang memecah belah kita. Pembajakan konten dan terjadi tanpa ampun. Cyber bullying dan doxing melukai hati. Kejahatan siber, malware dan kebocoran data menghantui kita.
UU ITE yang seharusnya menjadi rambu, malah jadi alat untuk saling tuntut sesama anak bangsa. Jika kita masih termakan hoax dan keburukan lainnya ini, sejatinya pikiran kita belum merdeka.
Sampai sini kita melihat kemerdekaan di ruang digital membawa awan kelabu untuk Indonesia. Tapi tunggu dulu, ada yang lupa kita lihat: faktor ketiga.
Yang ketiga, dunia digital menawarkan kemerdekaan untuk berbuat lebih banyak kebaikan dan menjangkau lebih banyak orang. Di sini kita melihat anak bangsa memakai kemerdekaan mereka di ruang digital untuk mendorong kebaikan manusia ke tingkat lebih tinggi.
Selayaknya kisah kemerdekaan, kita menyaksikan kisah para pahlawan. Kali ini, nama mereka adalah pahlawan digital. Siapa mereka?
Para pahlawan digital ini adalah orang-orang yang tidak peduli dengan carut marut negatif dunia maya. Mereka tidak peduli hoax dan provokasi. Mereka hanya fokus memakai ruang digital untuk kebaikan. Jumlahnya banyak, tapi seolah bekerja dalam senyap, karena lolos dari algoritma timeline media sosial Anda.
Mereka adalah bapak-bapak dan ibu-ibu penggerak UMKM yang melihat peluang baru pasca pandemi lewat e-commerce. Mereka adalah para nelayan dan petani, yang bisa menjangkau pembeli mereka yang jauh di sana lewat aplikasi.
Selain itu, ada para YouTuber lokal, dengan konten unik dan jadi inspirasi untuk orang lain. Mereka melahirkan kampung-kampung YouTuber di berbagai wilayah Indonesia dan mendulang uang yang banyak. Dari konten kuliner, wisata, otomotif bahkan sampai mancing mania.
Tahukah Anda, ada para developer dan ilustrator yang tersebar di banyak tempat. Bekerja di sudut kota, untuk karya yang mendunia. Ada lagi para atlet e-sports kita, pulang dari luar negeri membawa medali. Atau, mereka adalah pegiat-pegiat startup, yang mungkin akan menjadi calon Unicorn kita selanjutnya.
Mereka semua, para pahlawan digital kita, adalah seberkas cahaya kebaikan yang meskipun kecil namun bisa menerangi dunia maya yang gelap. Kebaikan mereka, bisa menular.
Kemerdekaan butuh tanggung jawab. Dari para pahlawan digital kita belajar, bahwa tanggung jawab itu berlanjut sampai ruang digital. Kita mau pakai jempol kita untuk apa di dunia maya? Mau menghasut atau mau membuat konten yang bisa menolong orang lain.
Merdeka di ruang digital artinya adalah memakai jempol kita untuk membuka jalan kepada kebaikan. Artinya juga adalah membuka akses, peluang dan kesempatan untuk mengajak orang lain ikut maju, mendapatkan informasi valid, menikmati manfaat maksimal yang bisa diberikan oleh internet yang ada di Indonesia. Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya.
Merdekalah kita di dunia nyata, merdekalah kita di dunia digital! Dirgahayu ke-77 Indonesia!
Simak terus kampanye 'Merdeka Bagi Mereka' mulai 17 Agustus 2022 DI SINI!
Simak Video "Video Viral YouTuber Jajago Dipalak di Kampung Adat Ratenggaro"
(fay/fyk)