TikTok Lawan Konten Hoax, Bikin Pusat Literasi Digital
Hide Ads

TikTok Lawan Konten Hoax, Bikin Pusat Literasi Digital

Josina - detikInet
Selasa, 07 Jun 2022 11:21 WIB
Ilustrasi TikTok
Foto: Techrum
Jakarta -

TikTok saat ini tengah menghadapi berbagai tuduhan sebagai platform penyebaran berita palsu khususnya saat momen pemilihan umum di sebuah negara salah satunya di Filipina.

Oleh karena itu, aplikasi berbagi video ini sedang bekerja keras untuk memerangi penyebaran berita palsu dan konten negatif lainnya yang berada di platform TikTok.

Melansir dari ABS-CBN, Selasa (7/6/2022) Tiktok Head of Public Policy for the Philippines and Malaysia Toff Rada mengatakan bahwa TikTok secara aktif telah menghapus postingan yang melanggar pedoman perusahaan seperti menampilkan informasi palsu atau hoaks, intimidasi, rasisme, serta bentuk diskriminasi lainnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengungkapkan pada pada kuartal terakhir 2021 TikTok telah menghapus sebanyak 94% video yang melanggar bahkan sebelum postingan tersebut dilaporkan.

"Kami menanggapi berita palsu dengan sangat serius. Kami memiliki tim khusus yang menghapus berbagai bentuk disinformasi," kata Rada.

ADVERTISEMENT

TikTok juga telah bermitra dengan kelompok pemeriksa fakta dan organisasi media untuk membantu memverifikasi beberapa konten.

Rada membantah bahwa Tiktok memainkan peran besar dalam disinformasi selama pemilihan umum di Filipina baru-baru ini, dengan mengatakan pihaknya segera menghapus konten yang melanggar.

Namun dirinya menambahkan bahwa kemungkinan ada postingan konten Tiktok yang diunggah ke situs media sosial lain seperti Facebook. Sayangnya, TikTok tidak memiliki kendali atas postingan tersebut.

Demikian untuk lebih meningkatkan upaya dalam melawan berita palsu, TikTok mengklaim akan meluncurkan Pusat Literasi Digital di Filipina. TikTok akan bermitra dengan akademisi, pemerintah, dan pembuat konten untuk mendidik publik tentang apa yang harus diposting dan dibagikan secara online.

TikTok juga akan meminta pembuat konten populer atau kreator untuk membagikan video tentang cara menemukan berita palsu dan berhenti menyebarkan disinformasi.

Rada berharap langkah tersebut dapat membantu warga Filipina untuk lebih sadar serta kritis untuk mengidentifikasi dalam menentukan jenis konten apa yang merupakan berita palsu di media sosial.

"Masalah berita palsu adalah masalah bersama yang membutuhkan tanggung jawab bersama jika kita ingin mendapatkan solusi nyata," tambahnya.

Tiktok memiliki sekitar 240 juta pengguna aktif di Asia Tenggara. Belum ada data yang tersedia untuk Filipina, tetapi negara ini tetap menjadi pasar yang berkembang bagi perusahaan.




(jsn/fay)