Daniel Poluyonny tidak pernah menyangka bahwa perusahaan game miliknya yang berbasis di Ukraina akan menjadi tempat tinggal para karyawannya yang menjadi korban perang konflik Rusia-Ukraina.
Poluyonny adalah CEO N-iX Game & VR Studio, sebuah studio game berusia 20 tahunan yang mempekerjakan puluhan ribu developer game di Ukraina sebelum perang. Studio tersebut berbasis di Lviv, di bagian barat Ukraina yang lebih aman, tetapi juga memiliki kantor di Kyiv yang sekarang menjadi pusat sebagian besar terjadinya pertempuran.
Dikutip dari Venture Beat, Poluyonny ingin memberi tahukan kepada publik bahwa perusahaannya terus beroperasi meski tengah dalam situasi perang, dan mereka masih dapat menyelesaikan tugas untuk klien utama mereka yang berbasis di Amerika Serikat dan Eropa. Namun ia juga ingin menyampaikan betapa sulitnya hidup selama perang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam sebuah wawancara, Poluyonny mengatakan bahwa lebih dari 200 developer game di perusahaannya sedang mengerjakan sekitar 20 proyek berbeda, termasuk game Irreverent Labs Rahul Sood, Mecha Fight Club.
Pekerjaan tetap berlanjut, dan mereka memiliki akses internet yang baik. Namun, kekacauan juga terus berlanjut. Ada satu ketika saat mereka melakukan rapat online, koneksi internet sejumlah peserta rapat terputus akibat serangan roket yang ternyata merusak kabel internet.
![]() |
"Setiap orang yang datang ke Lviv dan tidak memiliki tempat tinggal dapat tinggal di kantor kami. Kami telah mengadaptasi kantor kami seperti tempat berlindung dengan tempat tidur. Atau ada dapur yang lengkap, kamar mandi, dan sebagainya. Orang-orang dapat berkeliaran di sana sambil mencari tempat tinggal," ujarnya.
Di kantornya kini, sejumlah orang terlihat berkemah dan berbagai barang tersebar di seluruh penjuru ruangan. Poluyonny mempersilakannya dengan tujuan menyediakan tempat yang aman bagi karyawan untuk bekerja dan terus mencari nafkah tanpa gangguan.
Ironisnya, Poluyonny terpisah jauh dari karyawannya di masa genting ini. Ketika tentara Rusia melintasi perbatasan pada 24 Februari, Poluyonny kebetulan sedang berlibur di Spanyol. Dia tidak bisa kembali ke negara itu, maka dia pergi ke Krakow, Polandia. Sejak itu, Poluyonny menjalankan perusahaannya dari sana.
Poluyonny mengatakan, timnya bekerja keras untuk bisa menyelesaikan semua pekerjaan mereka, meskipun ada tantangan relokasi. "Kami tidak kehilangan klien kami yang sudah ada. Sebaliknya, mereka sangat mendukung kami. Saat ini kami mengerahkan hampir 100% kapasitas kami," tutupnya.
(rns/rns)