Kenyataan Pahit Jagat Metaverse Bagi Mark Zuckerberg
Hide Ads

Kenyataan Pahit Jagat Metaverse Bagi Mark Zuckerberg

Fino Yurio Kristo - detikInet
Senin, 07 Feb 2022 11:45 WIB
Ilustrasi Metaverse
Foto: Ilustrasi Metaverse
Jakarta -

Mark Zuckerberg yakin bahwa metaverse merupakan masa depan internet, sampai perusahaannya pun memakai nama Meta sebagai induk Facebook. Namun memang, membangun metaverse tidak murah biayanya, perlu modal banyak.

Untuk mengurus pengembangan metaverse, Meta memiliki divisi khusus bernama Reality Labs. Nah dalam laporan keuangan Meta terbaru, divisi tersebut menelan kerugian USD 10 miliar di tahun 2021 saja. Jumlahnya jika dikonversi sekitar Rp 144 triliun.

Di tahun-tahun sebelumnya, divisi Reality Labs ternyata juga menelan kerugian yang tinggi walau tak sebesar tahun silam. Seperti dikutip detikINET dari CNBC, di tahun 2019, kerugiannya USD 4,5 miliar dan USD 6,62 miliar di tahun 2020.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reality Labs mengembangkan teknologi headset virtual reality dan juga augmented reality, baik dari sisi hardware maupun software. Pengguna yang ingin masuk ke jagat metaverse memakai perangkat tersebut, tapi sejauh ini memang belum terlalu mainstream.

Meta memang akan memprioritaskan pembangunan metaverse yang belakangan ini merupakan ambisi Zuckerberg. "Tujuan kami adalah membantu metaverse menjangkau miliaran orang," kata Zuckerberg beberapa waktu silam.

ADVERTISEMENT

Namun sepertinya, Zuckerberg harus siap menanggung kerugian untuk waktu yang cukup lama. Ekosistem metaverse masih berada di tahap yang sangat awal meskipun memang headset VR besutan Reality Labs semakin banyak yang terjual.

Kabar gembiranya, beberapa pakar menyebut tahun 2022 adalah saatnya metaverse mulai lepas landas. Syaratnya, raksasa teknologi selain Facebook juga meluncurkan teknologi sendiri untuk metaverse.

"Platform teknologi besar yang diuntungkan dengan melesatnya aplikasi komputasi mobile, sekarang melihat augmented reality sebagai pergeseran platform komputer untuk masa depan," kata analis dari Goldman Sachs, Eric Sheridan.




(fyk/fay)