Usia muda tak menjadi halangan bagi tiga siswa SMP Negeri 10 Kota Cimahi untuk berkreasi menciptakan robot yang berfungsi untuk mendeteksi keberadaan sampah di gorong-gorong.
Mereka yakni Genta Syawal Putra Gumilang (14), Fahril Ramadhan (14), dan Bima Arya Putra Pratama (14) yang saat ini duduk di bangku kelas 8, yang mampu membuktikan mereka mampu berprestasi di usia muda.
Berawal dari keresahan mereka soal banjir yang kerap menerjang Cimahi, ternyata disebabkan oleh penumpukan sampah di dalam gorong-gorong. Sehingga aliran air dari hulu tersendat hingga meluber ke jalan termasuk di depan sekolah mereka sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berangkat dari hal itulah akhirnya mereka berita berinovasi dan berkreasi menciptakan robot pendeteksi sampah di gorong-gorong, dengan harapan mereka bisa turut mengentaskan permasalahan banjir yang terjadi di Cimahi.
"Jadi dengan robot ini ketika kondisi di dalam gorong-gorong terlihat apalagi banyak sampah, jadi bisa ditindaklanjuti sesegera mungkin sebelum terjadi banjir," ujar Fahril kepada wartawan, Senin (13/12/2021).
![]() |
Usaha mereka tak bisa dibilang mulus, mengingat beberapa kali menemui kendala dalam perancangan, perakitan, sampai akhirnya menemukan bentuk robot yang sesuai dengan keinginan mereka dan fungsinya.
Dilihat dari bentuknya robot tersebut menggunakan chasis tank dengan roda jenis caterpillar mengingat medan yang akan dilalui robot tidak rata. Sementara untuk sistem pengendalinya, menggunakan Arduino Uno atau board mikrokontroler yang dioperasikan dari sebuah ponsel.
Untuk menunjang fungsi dari robot pendeteksi sampah tersebut, di badan robot turut disematkan kamera berjenis ESP 32 AI-Thinker. Kamera tersebut memiliki kemampuan merekam video layaknya kamera pada ponsel.
Saat diujicoba, robot tersebut bisa mentolerir ketinggian air hingga maksimal 15 centimeter. Mengingat bentuk dan ukuran robot yang tak terlalu besar.
"Kami memerlukan dana sebesar Rp 2,5 juta untuk membeli semua perangkat yang nantinya akan dirakit menjadi robot pendeteksi sampah ini. Tentunya pengerjaan didampingi pembina," tutur Fahril.
Halaman selanjutnya, diikutkan lomba robot nasional>>>
Robot tersebut bahkan diikutkan dalam lomba robotik nasional. Tak mengecewakan, mereka mampu menyabet medali perak untuk robot sederhana namun dengan segudang manfaat.
"Kita ikut lomba nasional dan Alhamdulillah dapat peringkat 2. Ini tentu jadi pengalaman untuk kami. Ke depannya akan disempurnakan lagi," kata Genta, siswa lainnya.
Lingga Medal, guru pembina siswa perakit robot pendeteksi gorong-gorong mengatakan kerja keras mereka membina siswa sejak kelas 7 dan berhasil menyabet medali perak dalam lomba nasional robotik terbayar dan memberikan kebanggaan untuk mereka.
"Ini kita melatih anak-anak dari nol, sejak mereka kelas 7. Jadi tiap hari datang ke sekolah mempersiapkan olimpiade ini dan alhamdulillah hasilnya memuaskan dengan medali perak," kata Lingga.
Lingga menyebut robot yang dirakit siswanya merupakan model paling sederhana. Mengingat desain awal, robot tersebut memiliki lengan, dilengkapi sensor pendeteksi sampah, gas beracun, hingga api.
"Tapi karena keterbatasan dana, akhirnya sampel yang jadi itu seperti ini. Untuk pengembangan kedepannya, kita sempurnakan robot dengan sistem pendeteksi gas beracun, api, dan bisa underwater karena sekarang masih amfibi. Denganlenganpada robot, jadi saat menyelam itu bisa menyingkirkan sampah dari dalam air," tegas Lingga.