Duh, Kazakhstan Kekurangan Listrik Akibat Tambang Kripto
Hide Ads

Duh, Kazakhstan Kekurangan Listrik Akibat Tambang Kripto

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Senin, 29 Nov 2021 17:11 WIB
FESSENHEIM, FRANCE - JUNE 29: The Fessenheim nuclear power plant pictured on June 29, 2020 in Fessenheim, France. Anti-nuclear activists gathered together for the 480th picket on the Rhine bridge Breisach-Vogelrun on the German/French border  to celebrate its closure. The plant, operated by French utility EDF, is scheduled to cease operation tonight. Completed in 1977 on a canal next to the Rhine River, and close to the border with Germany, Fessenheim is Frances oldest operational nuclear power plant and has long been the ire of anti-nuclear activists. (Photo by Thomas Lohnes/Getty Images)
Ilustrasi pembangkit listrik. Foto: Getty Images/Thomas Lohnes
Jakarta -

Penambangan kripto membuat Kazakhstan kekurangan pasokan listrik, dan pemerintahnya berencana menerapkan tarif listrik khusus untuk para penambang.

Permintaan listrik di Kazahstan sudah naik 8% sejak awal 2021, yang terjadi setelah para penambang kripto dari China berbondong-bondong pindah ke negara tersebut sejak penambangan kripto dilarang di China.

Penelitian The Financial Times memperkirakan lebih dari 87 ribu alat tambang kelas berat yang pindah dari China ke Kazakhstan, yang membuat negara tersebut menjadi pusat penambangan kripto terbesar kedua di dunia, di bawah Amerika Serikat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama Oktober lalu, setidaknya ada tiga pembangkit listrik batubara paling besar di Kazakhstan yang terpaksa dimatikan akibat permintaan listrik yang terlalu besar, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Senin (29/11/2021).

Akibatnya, pemerintah Kazakhstan akan membatasi tambang kripto yang menggunakan lebih dari 100 megawatt (MW) selama dua tahun. Namun kemudian mereka membolehkan penambang yang sudah terdaftar tak mengikuti aturan tersebut.

ADVERTISEMENT

Namun kemudian, Kazakhstan Electricity Grid Operating Company (KEGOC) juga akan membatasi pasokan listrik untuk 50 penambang kripto yang saat ini sudah terdaftar di pemerintah.

Sementara itu para penambang yang berada di sektor abu-abu (yang tidak terdaftar) dituding menjadi penyebab krisis pasokan listrik di Kazakhstan. Para penambang ini diperkirakan mengkonsumsi listrik 1.200 MW dari pembangkit listrik yang sudah terbatas pasokannya.

Mulai 2022 mendatang, para penambang terdaftar akan dikenakan biaya khusus untuk meringankan krisis pasokan listrik ini. Mereka akan mengenakan tarif 1 Tenge Kazakhstan (sekitar Rp 33) per kWh.

Namun untuk sementara waktu, Kazakhstan bergantung pada RAO, perusahaan listrik asal Rusia, untuk memberikan pasokan listrik tambahan selama musim dingin ini.

Sebelumnya memang ada wilayah tertentu yang terdampak paling berat dari krisis pasokan listrik ini, yaitu bagian selatan Kazakhstan, yang terkadang tak mendapat pasokan dari pembangkit listrik utama, dan hanya bergantung pada pembangkit listrik lokal.

Selain Kazakhstan, ada juga Iran yang sempat memblokir aktivitas penambangan kripto selama empat bulan pada Mei lalu akibat krisis pasokan listrik. Akhirnya mereka pun menerapkan sistem penambang terdaftar dan tak terdaftar untuk mengatasi masalah tersebut.




(asj/fay)