.webp)
Berbagai larangan terkait aktivitas mata uang kripto yang terjadi di China berdampak besar pada banyak hal, termasuk perpindahan para penambangnya.
Saat aktivitas penambangan kripto di China dilarang, tak serta merta membuat para penambangnya menyerah dan beralih ke bisnis lain. Ada memang yang langsung mencairkan asetnya dan beralih bisnis, namun banyak juga yang kemudian pindah ke negara lain.
Berdasarkan data dari Cambridge Bitcoin Electricity Consumtion Index (CBECI), para penambang itu banyak yang pindah ke Amerika Serikat, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (29/10/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada April 2021, 46% jaringan hashrate bitcoin global berasal dari China, sementara di AS hanya 16,8%. Namun angka itu berubah total pada Agustus lalu, di mana hashrate di AS melesat jadi 35,4%, dan posisi selanjutnya ada Kazakhstan dengan 18,1%.
Sebagai informasi, hashrate adalah pengukuran kemampuan komputasi yang dipakai untuk mengukur kecepatan penambangan. Oh ya, selama September 2021, konsumsi listrik yang dipakai untuk menambang bitcoin mencapai 7,97 terawatt hours (TWh).
Sebelumnya juga pernah diberitakan ada sebuah perusahaan di AS yang sampai membeli pembangkit listrik sendiri untuk dipakai di aktivitas penambangan kripto.
Perusahaan itu adalah Stronghold Digital Mining, yang membeli pembangkit listrik Scrubgrass di Venango County, Pennsylvania, AS senilai USD 105 juta. Pembangkit listrik itu menggunakan limbah batubara sebagai sumber tenaganya.
Pembangkit listrik tersebut saat ini membakar 600 ton limbah batubara setiap tahunnya, yang cukup untuk memberi tenaga ke 1.800 komputer penambang bitcoin.
Tak cuma itu, Agustus lalu Stronghold pun membeli pembangkit listrik keduanya di Pennsylvania, yaitu pembangkit listrik Panther Creek, dan berencana membeli pembangkit listrik ketiga dalam waktu dekat.
(asj/fay)
