Ekonomi Digital Diramal USD 130 M, Software Engineer Harus Ambil Bagian
Hide Ads

Ekonomi Digital Diramal USD 130 M, Software Engineer Harus Ambil Bagian

Inkana Izatifiqa R Putri - detikInet
Sabtu, 02 Okt 2021 10:31 WIB
BNI
Foto: dok. BNI
Jakarta -

Software engineer lokal dinilai harus mampu mengambil peran dalam pengembangan ekonomi digital Indonesia. Sebab, nilai ekonomi digital Indonesia pada 2025 diprediksi akan mencapai USD 130 miliar.

"Banyak lulusan teknis di Indonesia yang cukup baik namun dengan soft skill yang kurang mumpuni seperti kolaborasi, public speaking, komunikasi dan kendala Bahasa. Belajar softskill seperti hal nya public speaking yang paling bagus adalah praktek langsung," kata Anggota Komisi X DPR RI Bidang Pendidikan, Ekonomi Kreatif dan Teknologi, Bramantyo Suwondo dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/10/2021).

Hal ini disampaikan dalam webinar teknologi 'Menjadi Software Engineer, Tuan Rumah di Negeri Sendiri' yang diselenggarakan oleh Dikita Integrasi dan Rumah Coding Cerdas, di Jakarta baru-baru ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia mengatakan para software engineer atau programmer harus aktif dan dinamis dalam menyiapkan diri dengan kebutuhan industri yang juga berkembang pesat. Di Jerman, kata dia, kebutuhan industri selalu sejalan dengan yang diajarkan di dunia pendidikan.

Dengan demikian, lulusan dari dunia pendidikan selalu dapat tersalurkan sesuai dengan kebutuhan industri. Kondisi ini berbeda dengan lulusan sekolah teknologi komputer Indonesia yang cukup banyak, tapi belum diimbangi dengan program mix and match.

ADVERTISEMENT

"Khawatirnya nanti akan terjadi over supply. Kita banyak lulusan TIK tapi secara kualitas masih banyak yang harus ditingkatkan," katanya.

Inisiator Lingkungan Software Engineer Rumah Coding Cerdas, Rachmat Fajrin menyampaikan Indonesia membutuhkan lingkungan tempat bernaung pada programmer lokal untuk saling mendorong maju. Melalui gerakan Rumah Coding Cerdas, pihaknya membangun ekosistem untuk menjadikan software engineer lebih mandiri, kian berdaya, dan mampu bersaing dengan programmer-programer asing.

"Kami berharap banyak talenta yang paham bahwa dalam dunia software engineering ada aspek-aspek lain seperti aspek komunikasi, aspek leadership, aspek manajemen waktu dan prioritas, aspek networking atau relasi dan beberapa aspek aspek lainnya yang harus ditingkatkan kompetensinya. Jadi tidak selalu soal teknis," katanya.

Hal senada disampaikan oleh Principal Web Platform Tokopedia, Irfan Maulana. Menurutnya, programer lokal harus bisa berkomunitas dengan baik untuk perkembangan diri.

"Mereka akan susah untuk berkembang sendirian. Komunitas bukan tempatnya orang-orang jago ngumpul. Tapi tempat orang-orang yang mau belajar berkumpul. Walaupun dari SMK akuntansi, untungnya di perkuliahan bisa fokus di IT dan bisa mendapat banyak project-project selama berkuliah, dapat ilmunya ya dari berkomunitas itu sendiri," paparnya.

Ia pun menyadari saat lulus kuliah dan belum seperti sekarang, ilmu yang dipelajari di bangku pendidikan masih minim. "Saya sadar kebutuhan ilmu di industri hanya dicover sekitar 10% di jenjang SMK atau perkuliahan. Maka dari itu mencari opportunity itu harus di komunitas di luar sekolah atau kampus," jelasnya.

Menurutnya, mindset sebagai software engineer perlu diarahkan ke arah dampak sosial. Melalui komunitas dan saling berbagi menjadi sarana untuk peningkatan kompetensi para pekerja di dunia TI sehingga membawa dampak yang massif.




(prf/ega)