Taliban dilaporkan sudah menguasai data biometrik warga Afghanistan. Dikhawatirkan, pihak yang melawan Taliban akan lebih mudah diburu melalui data biometrik tersebut.
"Taliban punya atau segera punya data biometrik dalam jumlah banyak," kata Brian Dooley dari Human Rights First dalam podcast BBC dilansir, Minggu (22/8/2021).
Dalam beberapa tahun terakhir, tentara AS dan Pemerintah Afghanistan memang mengumpulkan data biometrik warga Afghanistan untuk berbagai keperluan. Pemerintah Afghanistan memakainya antara lain untuk verifikasi suara pemilu, sedangkan militer AS memakainya untuk verifikasi kontraktor dan pegawai lokal atau identifikasi pelaku pemboman.
The Intercept memberitakan sumber militer mengatakan alat biometrik Handheld Interagency Identity Detection Equipment (HIIDE) sudah dikuasai Taliban. Hal senada disampaikan pejabat Afghanistan kepada NewScientist, bahwa alat biometrik itu sudah diambil Taliban.
Sementara Reuters pun memberitakan kesaksian warga Kabul yang mengatakan bahwa Taliban sudah melakukan inspeksi ke rumah-rumah warga dengan memakai alat biometrik. Meski begitu, peneliti mesin biometrik militer dan juga wartawan, Annie Jacobsen mengatakan data biometrik yang dikumpulkan tentara AS tidak disimpan di Afghanistan melainkan di Kementerian Pertahanan AS.
Namun, ada lagi data biometrik yang dikumpulkan pemerintah Afghanistan. Otoritas Informasi dan Statistik Nasional Afghanistan memiliki 6 juga data KTP biometrik e-Tazkira dari warga Afghanistan.
Data ini termasuk sidik jari, scan mata dan foto. Data biometrik termasuk face recognition juga dipakai untuk pemilu 2019 di Afghanistan.
Bahkan pemerintah Afghanistan sudah berencana mengumpulkan data biometrik para pelajar di madrasah. Data biometrik inilah yang dikhawatirkan dipakai Taliban untuk mengidentifikasi orang-orang yang menentang mereka, demikian menurut BBC.
Simak Video "Video: Bom Bunuh diri di Ponpes Pakistan, 6 Orang Tewas Termasuk Ulama Taliban"
(fay/agt)