Bocah 11 Tahun Pura-pura Jadi Hacker untuk Peras Ayahnya
Hide Ads

Bocah 11 Tahun Pura-pura Jadi Hacker untuk Peras Ayahnya

Virgina Maulita Putri - detikInet
Minggu, 07 Feb 2021 09:06 WIB
FORT LAUDERDALE, FL - MARCH 07:  Lt. Mike Baute from Floridas Child Predator CyberCrime Unit talks with people on instant messenger during the unveiling of a new CyberCrimes office March 7, 2008 in Fort Lauderdale, Florida. One of the people on the other side of the chat told Lt. Baute, who is saying he is a 14-year-old girl, that he is a 31-year-old male and sent him a photograph of himself. According to current statistics, more than 77 million children regularly use the Internet. The Federal Internet Crimes Against Children Task Force says Florida ranks fourth in the nation in volume of child pornography. Nationally, one in seven children between the ages of 10 and 17 have been solicited online by a sexual predator.  (Photo by Joe Raedle/Getty Images)
Bocah 11 Tahun Pura-pura Jadi Hacker untuk Peras Ayahnya Foto: Gettyimages
Jakarta -

Seorang pria di Ghaziabad, India menjadi korban pemerasan dan diminta membayar 100 juta Rupee (Rp 19,2 miliar). Rupanya pelaku pemerasan adalah putranya sendiri yang berusia 11 tahun setelah berpura-pura menjadi hacker.

Kasus ini berawal saat pria tersebut melapor ke polisi pada pekan lalu setelah diancam oleh 'kelompok hacker' yang meretas emailnya untuk membayar tebusan sebesar 100 juta Rupee.

Hacker tersebut mengancam si pria yang identitasnya dirahasiakan bahwa jika ia tidak membayar tebusan, foto-foto tidak senonohnya dan informasi pribadi anggota keluarganya akan diumbar secara online.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan keterangan korban, email miliknya diretas pada 1 Januari lalu. Ia mengatakan hacker mengubah password dan nomor telepon yang tercantum di emailnya, seperti dikutip dari India Today, Minggu (7/2/2021).

Setelah itu ia menerima email yang berisi ancaman untuk membayar 100 juta Rupee. Hacker yang mengancam korban juga mengaku mereka selalu mengawasi keluarganya dan tidak berhenti mengganggu keluarganya.

ADVERTISEMENT

Setelah melaporkan kasus ini ke polisi, mereka menemukan bahwa alamat IP si hacker berasal dari alamat rumah korban. Artinya, email berisi ancaman tersebut dikirimkan oleh seseorang yang tinggal bersama pria itu.

Polisi kemudian menyelidiki anak laki-laki korban yang berusia 11 tahun. Bocah tersebut kemudian mengaku bahwa ia adalah orang di balik pemerasan tersebut.

Kepada polisi, bocah tersebut mengatakan ia mempelajari banyak hal tentang hacker dan kejahatan siber dengan menonton video di YouTube. Setelah belajar dari YouTube, ia kemudian mengirimkan email dari beberapa alamat dan meminta uang.

Saat ini kepolisian masih melanjutkan investigasi, jadi nasib bocah tersebut belum diketahui dan apakah ia akan didakwa atau tidak.




(vmp/rns)