Pasca Kudeta Militer, Internet di Myanmar Berangsur Pulih
Hide Ads

Pasca Kudeta Militer, Internet di Myanmar Berangsur Pulih

Fitraya Ramadhanny - detikInet
Senin, 01 Feb 2021 16:32 WIB
Kota Yangon pasca kudeta
Suasana Myanmar pasca kudeta (ANTARA FOTO/REUTERS/Stringer/pras)
Jakarta -

Ketika militer menahan pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, internet di negara itu dimatikan. Kini koneksi internet pelan-pelan dibuka kembali.

NGO kebebasan internet yang berbasis di London, Inggris yaitu NetBlock seperti dilihat detikINET melaporkan pada Senin (1/2/2021) bahwa jaringan internet di Negeri Seribu Pagoda dipulihkan bertahap. Koneksi internet kini sudah naik ke kondisi 75% dari level normal.

"Layanan internet di Myanmar sudah dipulihkan sebagian pada siang hari, dengan pengguna mengetahui kondisi politik baru dan kondisi darurat yang diumumkan militer. Data jaringan menunjukkan konektivitas kembali ke 75% dari level normal," kata NetBlocks dalam pengumuman di Twitter.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari TechCrunch, blokir internet oleh pihak militer dilakukan terhadap Myanma Posts and Telecommunications (MPT) milik pemerintah dan Telenor milik swasta.

Influencer Aye Min Thant, mantan wartawan Reuters dan kini jadi pengajar teknologi di Myanmar Innovation Lab Phandeeyar dalam tweetnya yang dilihat detikINET mengabarkan tidak bisa menggunakan Signal dan Telegram dari sejak semalam. Pada siang hari waktu setempat dia mengabarkan layanan internet Telenor sudah pulih kembali.

ADVERTISEMENT

Sebelumnya, Myo Nyunt, juru bicara Partai Liga Demokrasi Nasional (NLD) yang menaungi Suu Kyi dan kini berkuasa di Myanmar, membenarkan kabar penahanan Suu Kyi oleh militer Myanmar. Myo Nyunt menuturkan bahwa Suu Kyi dan beberapa tokoh senior pemerintahan lainnya ditahan di ibu kota Naypyitaw. Salah satu tokoh senior yang ditahan adalah Presiden Myanmar, Win Myint.

Setelah itu Militer Myanmar menetapkan keadaan darurat dan mengumumkan pihaknya mengambil alih kekuasaan atas pemerintah Myanmar selama 1 tahun. Kekuasaan diserahkan kepada Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, Jenderal Senior Min Aung Hlaing.




(fay/fyk)