Signal sangat diuntungkan dengan kontroversi aturan privasi baru WhatsApp. Jutaan pengguna WhatsApp pindah atau menginstall Signal sebagai alternatif layanan messaging. Akan tetapi karyawan Signal malah merasa cemas karenanya.
Seperti dikutip detikINET dari The Verge, Kamis (28/1/2021), adopsi Signal tak terbendung, jadi nomor 1 aplikasi paling banyak diunduh di puluhan negara. Sumber karyawan Signal menyatakan saat ini pengguna mereka sudah meroket sampai 40 juta dan pertumbuhannya masih terus melesat.
Beberapa fitur baru pun ditambahkan. Namun belakangan, sebagian pegawai Signal merasa khawatir, terutama melihat bagaimana sepak terjang pendukung Donald Trump yang kadang merusak. Bisa jadi mereka memilih gabung ke Signal karena dipandang aman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, Signal belum punya mekanisme atau kebijakan untuk menangkal kaum kriminal atau sejenisnya di platform mereka. Dengan enkripsi yang aman, pesan-pesan berbahaya bisa jadi lalu lalang di Signal.
"Dunia memang butuh produk seperti Signal, tapi Signal juga harus lebih berpikir lagi. Signal tak punya kebijakan semacam itu (menangkal pengguna berbahaya). Mereka bahkan resisten untuk mempertimbangkan akan seperti apa," cetus Greeg Bernstein, mantan pegawai Signal.
Dengan kata lain, Signal berpotensi disalahgunakan. Futur baru semacam bisa membuat grup dengan 1.000 orang bisa menjadi favorit bagi pendukung Trump misalnya. Karena terlindungi, Signal sendiri juga tidak dapat mengetahui apapun di grup tersebut.
Karyawan juga cemas Signal hanya akan mementingkan pertumbuhan dengan tujuan utama memperoleh 100 juta pengguna aktif. Angka itu dipandang akan mendukung Signal mampu membiayai operasionalnya yang mengandalkan donasi dari para user.
Tapi mungkin Signal tak bisa berbuat banyak. Pasalnya jika dilakukan tindakan pada pelaku kejahatan di Signal, hal itu juga berdampak pada pengguna pada umumnya. Padahal Signal sangat mengandalkan keamanan dan privasi sebagai nilai jual aplikasinya.
(fyk/fay)