Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (Pandi) dalam melakukan digitalisasi aksara nusantara mendapat dukungan dari United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Ketua Pandi Yudho Giri Sucahyo mengatakan, dukungan penuh dari UNESCO dalam kaitannya terhadap pelestarian budaya, dirasa tepat sebagai indikator peluncuran program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara sekaligus inisiasi bersama antara Pandi dan UNESCO perihal kerjasama.
"Suatu kebanggaan bahwa program ini bisa didukung penuh oleh UNESCO, tentu ini merupakan hasil jerih payah teman-teman selama ini. Secara resmi kami melakukan grand launching program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara serta peresmian Inisiasi Bersama Kerjasama antara Pandi dan UNESCO tanggal 12 Desember 2020 di Jakarta," terang Yudho dalam keterangan tertulisnya, Rabu (16/12/2020).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski saat ini belum tampak hasilnya, upaya digitalisasi aksara nusantara ke dalam format internationalize domain name (IDN), yang bisa diakses dan dipergunakan di internet mendapat apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak, salah satunya datang dari UNESCO.
IDN merupakan nama domain untuk bahasa lokal atau aksara tiap daerah/Negara. Nama domain ini bersifat khusus, karena tidak menggunakan huruf latin dengan karakter selain a, b..., z; 0, 1,..., 9; dan "-" yang merupakan kode dari American Standard Code for Information Interchange (ASCII).
Sementara itu, ASCII adalah standar pengkodean karakater untuk alat komunikasi. Kode ASCII teks dalam komputer, peralatan telekomunikasi, dan perangkat lainnya, singkatnya berupa huruf dan angka biasa yang dipergunakan sehari-hari. Kebanyakan skema pengkodean karakter modern didasarkan pada ASCII, meskipun mereka mendukung banyak karakter tambahan.
![]() |
Faktanya, saat ini internet diakses oleh lebih banyak orang yang tidak menggunakan bahasa dan skrip Latin, ketimbang aksara daerahnya. Artinya mereka sulit mengenali karakter ASCII dan mereproduksinya pada keyboard atau menggunakan perangkat lunak untuk masuk ke alamat situs web di browser.
Yudho menjelaskan bahwa keberadaan IDN di era digitalisasi saat ini dirasa penting, mengingat pertumbuhan pengguna internet dunia yang semakin pesat, ditambah masyarakat internet terbiasa memakai huruf latin untuk menulis ataupun mengetik. Bukan tidak mungkin, ke depan aksara daerah di Indonesia akan punah.
"Kalau di Indonesia karena bahasa utamanya menggunakan tulisan latin, makanya bahasa atau tulisan asli ibu yang jadi warisan nusantara semakin hilang," ungkapnya.
Berdasarkan hal di atas, Yudho merasa perlu membuat sebuah wadah, agar bahasa ibu bisa terus dituturkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
"Pandi berkomitmen penuh pada pelestarian aksara daerah, maka dari itu kami sedang membuat program khusus bertajuk Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara. Dari program tersebut diharapkan bisa melestarikan aksara nusatara yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat sekarang," ungkapnya.
Seperti diketahui Pandi terus menggalakkan berbagai upaya digitalisasi aksara nusantara, dibantu oleh beberapa komunitas pegiat aksara, lembaga akademis dan non akademis juga lembaga pemerintahan.
Di sisi lain, Pandi juga tengah mengadakan lomba membuat website dengan konten aksara daerah yang sudah berjalan di beberapa daerah, seperti Jawa, Sunda, Bali dan Makassar. Selain itu, Pandi menyiapkan website www.merajutindonesia.id yang menyajikan konten seputar aksara nusantara mulai dari sejarah, proses digitalisasi hingga font aksara nusantara.
(agt/fay)