Saling Tuding antara Trump dan Bos Twitter
Hide Ads

Saling Tuding antara Trump dan Bos Twitter

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Minggu, 07 Jun 2020 09:03 WIB
SAN FRANCISCO, CA - OCTOBER 09:  Twitter Co-Founder and Chairman and Square CEO Jack Dorsey speaks onstage during From 7 Dwarves to 140 Characters at the Vanity Fair New Establishment Summit at Yerba Buena Center for the Arts on October 9, 2014 in San Francisco, California.  (Photo by Kimberly White/Getty Images for Vanity Fair)
CEO Twitter Jack Dorsey. Foto: GettyImages
Jakarta -

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengklaim pemblokiran video kampanyenya di Twitter adalah tindakan yang ilegal dan mendukung pihak demokrat sayap kiri radikal.

"Mereka sangat mendukung pihak demokrat radikal sayap kiri. Pertarungan yang yang tak imbang. Ilegal. Section 230!," kicau Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pernyataan ini kemudian ditepis oleh CEO Twitter Jack Dorsey, yang kemudian menjelaskan alasan pemblokiran tersebut. Yaitu karena video tersebut dianggap melanggar hak cipta atas laporan dari pemiliknya.

"Ini tak benar dan tidak ilegal. (Video) ini diblokir karena kami mendapat komplain DMCA dari pemilik haknya," balas Dorsey.

ADVERTISEMENT

Video yang dimaksud diposting oleh akun @TeamTrump, yang merupakan akun resmi tim kampanye Trump. Video itu diposting pada 4 Juni waktu setempat dan kini video itu tidak bisa diakses.

"Sesuai kebijakan hak cipta kami, kami menanggapi keluhan hak cipta yang valid yang dikirimkan kepada kami oleh pemilik hak cipta atau perwakilan resmi mereka," demikian pernyataan pihak Twitter.

Video berdurasi 3 menit 45 detik itu menampilkan montase foto dan video dari aksi-aksi damai dan polisi yang sedang memeluk para demonstran, dengan diselingi beberapa adegan gedung terbakar dan aksi vandalisme, dengan alunan lembut dari piano dan suara Trump berbicara.

Ini merupakan tindakan terbaru Twitter terhadap Trump, yang mengancam akan melakukan balasan terhadap perusahaan media sosial. Beberapa waktu lalu, dua cuitan Trump soal pilpres AS dilabeli 'klaim palsu' dan satu cuitan soal ancaman menembak penjarah dilabeli 'mengagungkan kekerasan'.




(asj/asj)