'Penipuan Online Marak Tapi Jangan Salahkan Teknologinya'
Hide Ads

'Penipuan Online Marak Tapi Jangan Salahkan Teknologinya'

Virgina Maulita Putri - detikInet
Jumat, 28 Feb 2020 17:24 WIB
BRISTOL, UNITED KINGDOM - AUGUST 11:  In this photo illustration a woman uses a credit card to buy something online on August 11, 2014 in Bristol, United Kingdom. This week marks the 20th anniversary of the first online sale. Since that sale - a copy of an album by the artist Sting - online retailing has grown to such an extent that it is now claimed that 95 percent of the UK population has shopped online and close to one in four deciding to shop online each week.  (Photo Illustration by Matt Cardy/Getty Images)
Kominfo: Banyak Penipuan Online Jangan Salahkan Teknologinya. Foto: GettyImages
Jakarta -

Bentuk penipuan online berbasis social engineering yang mengancam pengguna internet Indonesia semakin beragam dan terus berubah seiring teknologi yang semakin canggih. Menanggapi hal ini, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan masyarakat harusnya jangan menyalahkan teknologinya.

Plt Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo, Slamet Santoso mengatakan, penipuan atau fraud termasuk salah satu dari enam penyakit yang diatur UU ITE dan telah ada jauh sebelum teknologi berkembang.

Kominfo: Banyak Penipuan Online Jangan Salahkan TeknologinyaPlt Direktur Pemberdayaan Informatika Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Kominfo Slamet Santoso. Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET

"Kadang-kadang ada orang yang berpikir gara-gara teknologi berkembang di Indonesia kok makin marak. Jangan, itu pendapat yang keliru," kata Slamet di kantor Gojek di Jakarta, Jumat (28/2/2020).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Slamet mengatakan hal ini menunjukkan betapa pentingnya literasi digital untuk masyarakat. Sementara itu, studi dari Center for Digital Society Universitas Gadjah Mada (CfDS UGM) menemukan, tingkat kesadaran masyarakat Indonesia akan keamanan digital untuk menyadari penipuan berbasis social engineering masih berada di tingkat dasar dan menengah.

Penipuan berbasis social engineering memang tidak memandang bulu. Beberapa figur publik pernah menjadi korban penipuan ini, termasuk penyanyi Aura Kasih dan Maia Estianty yang sempat kehilangan puluhan juta rupiah karena penipuan yang mengatasnamakan Gojek.

ADVERTISEMENT

Adjunct Researcher CfDS UGM Adityo Hidayat mengatakan untuk tingkatan dasar umumnya sudah mengerti tentang password dan one-time password (OTP). Tapi mungkin belum memiliki kebiasaan untuk tidak menggunakan password yang sama di banyak akun dan mungkin juga belum mengaktifkan OTP.

Kominfo: Banyak Penipuan Online Jangan Salahkan TeknologinyaAdjunct Researcher CfDS UGM Adityo Hidayat. Foto: Virgina Maulita Putri/detikINET

Menurut Adityo, level kompetensi yang masih rendah ini menjadi tanggung jawab oleh banyak pihak termasuk dari industri, pemerintah, organisasi masyarakat hingga akademisi, termasuk CfDS. CfDS saat ini telah menjadi mitra pemerintah dan Gojek untuk sosialisasi dan edukasi literasi digital di beberapa kota di Indonesia.

Aura Kasih yang pernah menjadi korban penipuan pun menyambut baik program edukasi ini. Sebelumnya sempat mengaku awam, ia kini menjadi lebih mengerti bagaimana modus penipuan yang harus dihindari.

"Setelah ngobrol dengan Gojek saya jadi teredukasi kalau dari merchant dan pihak Gojek tidak akan pernah menelepon untuk menanyakan uangnya. Inilah yang harus kita ketahui sebagai pengguna Gojek," kata Aura di kesempatan yang sama.

'Penipuan Online Marak Tapi Jangan Salahkan Teknologinya'



(rns/rns)