"Sebenarnya beberapa kasus cyber bullying yang dipicu hoax, permasalahannya masyarakat kita perlu tingkat literasi digital yang tinggi. Tapi tak hanya, itu ada yang namanya kewargaan digital atau gampangnya netizennya juga," ujarnya.
Tingkat literasi tinggi bisa membantu masyarakat verifikasi informasi dan lebih bijak membagikannya, apakah sesuai dan layak bagi diri sendiri dan orang lain. Selanjutnya, ia membagikan tips bagi warganet supaya terhindar dari hoax dan cyber bully dengan 5R.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Gampangnya 5R. R pertama adalah 'Right', ada hak atas informasi dan berekspresi tetapi ingat ada orang lain juga yang harus kita jaga, mereka juga punya hak. Memperhatikan orang lain dan bukan berarti kita bisa nyakitin orang," ungkapnya di acara Social Media Week Indonesia, Rabu (13/11/2019).
R kedua adalah 'Respect' dimana adanya keharusan menghormati pendapat orang di medsos seperti halnya di dunia nyata.
"Ketiga adalah 'Responsible', apapun yang kita post pasti ada dampaknya mau dikit atau ke seluruh negara pasti ada dampaknya. Jadi pemahaman efek berdampak ke siapa saja, bisa membuat orang benci atau tidak," jelasnya.
R keempat adalah 'Reasoning' atau alasan mengapa mau posting. Jangan sampai akhirnya medsos hanya cuma jadi tempat sampah alias menebar hoax atau yang isinya toxic semua. Terakhir adalah 'Resilience', ketahanan atas apa yang dia terima di media sosial.
"Dia harus stand up di-bully netizen maha benar ini. Jadi gini, misalnya sebagai netizen yang punya kesadaran, ketika kita stand up isu sangat kita percayai dan berdasarkan nilai keadilan kita adan merasa ada masyarakat yang dilukai keadilannya tapi kan ada orang yang pro dan kontra sehingga itu yang membuat kita harus berdiri membela keadilan," tandasnya.
(fyk/fay)