"Aku didefinisikan oleh keberuntungan dan kupikir hampir setiap orang yang sukses harus mengatakan kalau mereka beruntung," kata Eric Schmidt, mantan CEO Google yang sekarang menjabat Executive Chairman Alphabet.
"Baik itu keberuntungan saat kelahiran, beruntung karena punya keluarga cerdas dan intelek, dan lainnya," papar dia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip detikINET dari CNBC, Eric pada dasarnya tumbuh di keluarga berada. Ayahnya seorang ekonom yang pindah ke Italia ketika dirinya masih muda.
"Itu adalah zaman ketika orang tidak bepergian seperti sekarang dan cukup eksotis tumbuh di Italia, kupikir itu sungguh mengubahku," tambahnya.
Pindah ke Italia memperluas wawasan Eric Schmidt soal dunia. "Sebagai orang Amerika, aku selalu berpikir kita dahulu sangat sangat berfokus lokal dan bahkan saat ini, kita masih terlalu begitu dan tak berfokus global."
Eric bisa dikatakan beruntung pula dalam hal pendidikan. Awalnya, dia mengambil jurusan arsitektur di Princeton University, tapi tak diselesaikannya. Eric memilih bidang komputer yang disukainya.
Ia lulus jurusan Teknik Listrik dari Princeton dan menyabet gelar master serta Ph.D bidang Ilmu Komputer dari University of California, Berkeley. Kebetulan sekali, industri komputer kala itu baru dimulai.
"Aku punya keuntungan menjadi orang awal di industri komputer sehingga hal itu seperti super beruntung," tuturnya.
Eric meniti karier di Google dan akhirnya didapuk jadi CEO. Keberuntungan lainnya adalah, dia dikelilingi kolega yang hebat. Sebut saja Larry Page dan Sergey Brin, duet pendiri Google.
"Hal terbaik dalam hidup akan datang dari orang yang hang out dengan kalian," ujarnya.
(fyk/krs)