Walau begitu, hal tersebut ternyata sedikit berbeda dalam beberapa tahun lalu. Hal tersebut diungkapkan oleh fotografer profesional Mario Ardi.
"Awalnya (jadi fotografer) itu nggak segampang yang kalian pikirin. Dulu pekerjaan fotografer itu nggak dihargai. Orang tua aja nggak mau kasih kamera," ujarnya dalam acara d'Youthizen Goes to Campus di Auditorium Program Vokasi Universitas Indonesia, Depok, Rabu (28/11/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: UI: Konten Visual Paling Menarik Perhatian |
Dari situ, ia mencoba belajar fotografi secara autodidak. Mario memperkaya ilmu dengan grafik visual yang dipelajarinya di kampus.
Kini, ia sudah berkarier selama 13 tahun di dunia pemotretan. Sepanjang perjalanan, Mario mengatakan dirinya sudah bekerja sama dengan puluhan brand serta 70% selebriti berprestasi di Indonesia.
Dalam perjalanan karirnya, Mario mengaku sempat melawan arus. Hal ini terjadi pada waktu kisaran 4-5 tahun lalu.
Saat itu, ia mengatakan semua fotografer memotret selebritas dengan nuansa mewah, baik itu dari busana, latar, hingga make up. Walau begitu, ia justru ingin menunjukkan para public figure itu seminimalis mungkin.
"Saya inginnya para selebriti ini tampak natural. Saya ingin bikin image baru terhadap artis. Kalau bisa seminimalis mungkin," ucapnya.
Inovasinya itu pun awalnya sempat dikritik. Sejumlah pihak menyebut gayanya terlalu sederhana untuk memotret selebritas.
Mendapat kritik seperti itu, Mario tetap kukuh pada pendiriannya. Menurutnya, selama konsisten maka akan semakin banyak orang yang menyukainya.
"Itu yang menjadi motivasi saya dalam membuat karya baru," pungkas Mario.
(mon/fyk)