Sebagaimana dikutip dari The Verge, Kamis (18/10/2018) kicauan tersebut muncul kurun waktu antara tahun 2013 dan 2018.
Disebutkan dalam laporan itu, sembilan juta tweet lebih bersumber dari 3.800 akun berbeda yang berafiliasi dengan Badan Riset Internet Rusia. Lalu, satu juta tweet terakhir diposting oleh 770 akun yang menurut perusahaan berasal dari Iran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pengguna Twitter Keluhkan Spam Notifikasi |
"Sangat jelas bahwa operasi informasi dan perilaku tidak autentik terkoordinasi tidak akan berhenti," ujar Twitter.
Menurut situs mikrobloging tersebut, praktik tersebut sudah ada sebelum Twitter hadir menghiasi jagat dunia maya. Twitter pun berkomitmen terus memerangi persoalan tersebut.
"Jenis-jenis taktik ini telah ada jauh lebih lama dari Twitter yang telah ada. Mereka akan beradaptasi dan berubah ketika medan geopolitik berkembang di seluruh dunia dan saat teknologi baru muncul," sambung Twitter.
Baca juga: #goodbyepath Mulai Disuarakan Netizen |
Karenanya, Twitter menegaskan bahwa pihaknya berkomitmen untuk memahami bagaimana aktor-aktor dengan pengaruh buruk memanfaatkan layanan mereka. (rns/krs)