Jajan di Warung Digital, Semua Pakai Ponsel
Hide Ads

Laporan dari Hangzhou

Jajan di Warung Digital, Semua Pakai Ponsel

Rachmatunnisa - detikInet
Minggu, 23 Sep 2018 20:29 WIB
Jajan di warung digital di kota Hangzhou, semua pakai ponsel (Foto: Rachmatunnisa/detikINET)
Hangzhou - Sebagian besar orang di zaman modern memang tak bisa lepas dari ponsel. Di China, ketergantungan akan smartphone lebih lekat lagi karena sudah menjadi alat pembayaran.

Hal itu membuat urusan beli cemilan di mini market, jajan bacang, hingga sekadar beli minuman dingin jadi bisa dilakukan lewat ponsel. Pengalaman ini dirasakan langsung detikINET saat media trip bersama Alibaba, dalam rangkaian acara Alibabab Cloud Computing Conference 2018 di Hangzhou, China.


Jajan di Warung Digital, Semua Pakai PonselFoto: Rachmatunnisa/detikINET


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Belanja di Bingo Box misalnya. Ini adalah mini market tanpa pramuniaga dan kasir. Kita melayani diri sendiri lewat aplikasi di ponsel.

Pengguna akan diminta memindai QR code pada aplikasi Bing Box di ponsel mereka untuk masuk ke mini market. Kemudian, ambil barang-barang yang diinginkan.

Saat akan membayar, taruh semua barang di checkout counter. Area ini akan otomatis memindai harga barang dan menjumlahkan total belanja.

Selanjutnya, pembayaran dilakukan menggunakan dompet digital melalui akun Alipay atau WeChat Pay. Jika sudah selesai, pintu keluar akan terbuka dan kita pun bisa melenggang.


Jajan di Warung Digital, Semua Pakai PonselFoto: Rachmatunnisa/detikINET


Cara yang sama juga diterapkan di sebuah kedai makanan bernama Wufangzhai di Wensanxi Road, Hangzhou. Memasuki kedai yang terkenal dengan menu bacangnya tersebut, kita hanya akan menemukan beberapa pegawai bagian dapur, sebuah layar digital, dan loker digital.

Pada layar digital ini, ditampilkan menu dan pilihan makan di tempat atau dibawa pulang. Setelah menyelesaikan pilihan, pengguna akan diminta menempelkan QR code restoran di meja melalui aplikasi bernama Koubei di ponselnya.

Pembayaran berlangsung praktis karena otomatis mendebet saldo akun pembayaran Alipay. Transaksi selesai, selanjutnya aplikasi akan mengirimkan notifikasi nomor loker pengambilan makanan dikirimkan.




Sambil menunggu makanan siap, ada layar digital lain yang menampilkan game ringan. Jadi, menunggu tidak membosankan karena sambil memainkan game yang menawarkan voucher makanan dan minuman.

Ketika makanan sudah siap, akan muncul notifikasi di ponsel, dan lampu loker tempat menyimpan makanan menyala. Kemudian, tinggal tekan tombol pada ponsel untuk membuka loker dan mengambil pesanan.

Sebelumnya, pengunjung kedai harus antre cukup lama untuk memilih menu dan membayar, belum lagi harus menunggu hingga makanan siap disantap. Sekarang, semua proses itu dilakukan dari ponsel konsumen.


Jajan di Warung Digital, Semua Pakai PonselFoto: Rachmatunnisa/detikINET


Masih ada lagi. Di bagian lain kedai ini, ada deretan kulkas canggih berisi makanan beku dan minuman dingin. Lagi-lagi, untuk membeli produk dari kulkas ini, konsumen menggunakan ponselnya.

Tidak ada penjaga, maupun kasir. Konsumen hanya perlu memindai QR code di aplikasi pembayaran Alipay untuk membuka pintu kulkas.




Kemudian, konsumen mengambil makanan atau minuman yang diinginkan, lalu pergi. Jumlah barang yang diambil beserta total belanja akan muncul di aplikasi setelah kita menutup pintu kulkas. Akun Alipay pun otomatis akan mendebet pembayaran. Menarik bukan?

Jika sudah begini, kalimat "lebih baik ketinggalan dompet ketimbang ponsel" yang mulai muncul belakangan ini jadi nyata adanya bagi masyarakat China yang sudah menerapkan konsep new retail semacam ini. Bagaimana menurut kalian?



(rns/krs)