Seperti yang dilansir oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Rosan Roeslani, persentase produk lokal yang dijual oleh marketplace-marketplace lain di Indonesia pada umumnya hanya mencapai 6-7% saja. Dominannya produk-produk impor dinilai Rosan dapat membuat pertumbuhan industri UMKM Indonesia menjadi stagnan.
"Ini sudah sangat tidak normal. Jangan sampai volume perdagangannya makin besar, tapi kontribusi produk lokal makin kecil. Kalau ini dibiarkan, industri kita nggak jalan, sehingga pertumbuhan kita nggak akan sustainable." jelas Rosan saat menghadiri rapat kerja di Kementerian Perdagangan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Qlapa dibangun dengan misi untuk memberdayakan kreativitas lokal Indonesia, khususnya dalam sektor kerajinan tangan." jelas Benny. "Kami percaya akan kualitas dan daya saing produk kerajinan Indonesia; melalui kurasi dan seleksi yang baik, Qlapa berusaha untuk menampilkan karya tangan dari pengrajin-pengrajin berbakat di Indonesia."
Benny menambahkan, untuk bisa bertumbuh dengan pesat, pemain lokal butuh panggung khusus. Menurut Benny, komitmen Qlapa untuk 100% menampilkan produk-produk lokal yang berkualitas tidak lantas menjadikan Qlapa menjadi kalah saing dengan marketplace-marketplace lain yang menjual produk-produk impor.
"Secara kualitas, barang-barang lokal kuat bersaing. Di Qlapa, kami sangat confident karena setiap produk yang kami jual telah melewati proses seleksi yang ketat, sifatnya eksklusif dan terbatas, serta memiliki ciri khas budaya dan kearifan lokal dalam setiap desain produknya. Hal-hal inilah yang membuat marketplace kami tidak kalah saing dengan marketplace-marketplace lain pada umumnya.", tutur Benny.
Saat ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah atau UKM menargetkan wirausaha baru tumbuh sekitar 5% dari jumlah penduduk pada akhir 2019. Benny yakin, keberadaan Qlapa dapat memberikan kontribusi positif untuk membantu pertumbuhan industri UMKM di Indonesia.
"Qlapa hadir untuk membantu industri UMKM di Indonesia untuk mengembangkan potensi ecommerce. Di Qlapa, kami mengumpulkan para pengrajin (penjual) lokal yang berkualitas dan mempertemukan mereka langsung kepada para pembeli. Ideally, mereka bisa fokus memproduksi sedangkan pemasaran dan sistem jual beli sudah kami urus penuh." tambah Benny.
William Wimpy, pemilik Canting Hijau, sebuah UMKM yang merupakan salah satu best-seller di lapak online Qlapa, mengungkapkan hal yang senada. Menurutnya, sejak bergabung dengan Qlapa, popularitas brand miliknya yang menyediakan beraneka ragam pilihan busana batik tersebut kian melesat.
"Qlapa membantu memasarkan produk-produk Canting Hijau, sehingga bisa dijamah oleh pembeli dari Sabang sampai Merauke." tutur William. "Sebelum Canting Hijau bergabung dengan Qlapa, penjualan kami hanya terbatas pada teman-teman dan saudara saja. Saat ini, Qlapa adalah kanal online yang memberikan pemasukan yang terbesar bagi Canting Hijau."
Saat ini, lebih dari 4.000 pelaku UMKM telah tergabung dengan Qlapa, dengan ratusan ribu produk lokal berkualitas yang siap dipasarkan di lapak online tersebut. Menurut keterangan Qlapa, omzet kolektif bulanan para penjual di Qlapa dapat mencapai miliaran rupiah setiap bulannya. (asj/asj)