Menurut laporan yang dikutip detikINET dari Business Insider, Rabu (20/6/2018) Google AI ini dapat memilah dan menganalisis riwayat medis kesehatan seseorang, dimana melalui teknologi tersebut dokter akan mengetahui kapan perkiraan pasiennya menghembuskan nafas terakhir.
Dalam satu situasi, ada dokter yang memperkirakan bahwa seorang perempuan yang mengidap penyakit kanker dengan cairan di paru-parunya datang ke rumah sakit sebuah kota. Dengan kondisi tersebut, dokter memperkirakan masa hidup perempuan itu ada 9,3% untuk hidup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Kaum 'Fakir Kuota' Terus Diperhatikan Google |
Sementara, Google AI mengatakan risiko kematian perempuan itu malah lebih tinggi mencapai 19,9%. Pada akhirnya dalam beberapa hari kemudian, perempuan tersebut meninggal.
Google mengungkapkan AI memungkinkan untuk membantu dokter dalam mendiagnosis yang lebih baik, seperti membuat prediksi dan menentukan masalah disertai dengan penyelesaian.
Kemajuan AI untuk memprediksikan kematian jelas menimbulkan kekhawatiran, karena bisa memegang terlalu banyak kendali atas manusia.
Di samping permasalahan di atas, Google menyebutkan meningkatkan berbagai etika tentang bagaimana penggunaannya dan siapa saja yang berhak mengaksesnya.
Google adalah salah satu dari banyak perusahaan yang mencoba mengimplementasikan teknologi AI untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi di bidang kesehatan. AI dikatakan sebagai teknologi yang memiliki potensi besar dalam menganalsis sejumlah besar data dan melakukan tugas yang biasanya membutuhkan banyak waktu. (agt/rou)