"Berita palsu memberi dampak buruk bagi masyarakat dan juga Facebook. Kami terus berupaya semaksimal mungkin untuk menghentikan penyebaran berita palsu dan mendorong jurnalisme berkualitas, serta tingkat literasi berita pengguna," ujar Tess Lysons, Product Manager berdasarkan keterangannya, Kamis (24/5/2018).
Tiga jurus yang dimaksud berupa strategi Facebook. Perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini mengklaim langkah tersebut dapat menghentikan penyebaran misinformasi di media sosialnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk lebih detailnya pada poin pertama, konten yang melanggar ini isinya seperti spam, ujaran kebencian, atau akun palsu.
"Misalnya, jika kami menemukan sebuah Facebook Page yang seolah dikelola oleh orang Amerika, padahal sebenarnya dikelola orang Makedonia, maka Page tersebut melanggar persyaratan kami yang mengharuskan pengguna menggunakan identitas asli mereka dan tidak menyamar sebagai orang lain," tuturnya.
Pada poin kedua, Facebook menjelaskan penyebaran hoax acapkali mempunyai motif finansial, sama halnya dengan kasus spam email pada tahun 90-an. Pelaku berupaya mendorong banyak orang untuk mengklik tautan berita palsu dan mengunjungi website mereka, alhasil mereka akan meraup uang dari iklan yang ditampilkan di situsnya.
"Dengan menghilangkan kemampuan mereka dalam mendapatkan profit dari jenis penipuan semacam ini, kami akan menghilangkan insentif mereka dalam menyebarluaskan berita palsu di Facebook," kata Lysons.
"Kami juga sudah mulai menerapkan pemberian sanksi untuk berita yang menggunakan clickbait, tautan spam yang dibagikan secara rutin, serta tautan yang mengarah ke halaman website berkualitas rendah atau yang dikenal juga dengan sebutan ladang iklan," ungkapnya menambahkan.
Dan poin yang ketiga, Facebook menyadari meski berbagai langkah diambil, kemungkinan besar pengguna masih akan menemukan konten yang menyesatkan di Facebook dan internet pada umumnya.
"Untuk itu, kami berupaya membantu pengguna agar bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan terkait apa yang mereka baca, percayai, dan sebarkan. Kami berupaya menciptakan program literasi berita dan membuat produk yang dapat menyajikan informasi lengkap di Kabar Beranda," tuturnya.
Lysons menyebutkan pendekatan ini bisa digunakan untuk menghentikan sepak terjang pelaku yang kerap menyebarluaskan berita palsu di Facebook.
"Selain itu, pendekatan seperti ini mampu menurunkan jumlah jangkauan berita palsu drastis dan membantu orang untuk mendapat informasi terkini tanpa menghambat diskusi publik," sebutnya. (agt/rou)