21 Wanita Muda Indonesia Inspiratif
Hide Ads

Kartini Digital

21 Wanita Muda Indonesia Inspiratif

Achmad Rouzni Noor II - detikInet
Minggu, 29 Apr 2018 13:17 WIB
21 Wanita Muda Indonesia Inspiratif
Foto: istimewa
Jakarta - Sebagai ranah yang didominasi laki-laki, industri digital sangat jarang melahirkan pemimpin-pemimpin perempuan yang berpengaruh di bidangnya. Padahal, industri digital menuntut terciptanya inovasi terus-menerus dalam waktu yang relatif cepat.

Dan untuk menciptakan inovasi, dibutuhkan kolaborasi yang didukung oleh keberagaman ide dan keahlian, baik dari laki-laki maupun perempuan.

Agar lahir berbagai solusi berbasis teknologi yang berdampak bagi masyarakat, perlu lebih banyak panutan yang tampil untuk menginspirasi generasi penerus para perempuan pemimpin di industri digital Indonesia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh karena itu, inkubator startup digital Digitaraya bersama Recap.id, dan didukung oleh detikINET, mempersembahkan profil para perempuan muda terpilih yang berkontribusi di industri digital Indonesia.

Mereka adalah para perempuan muda yang visioner serta memiliki semangat tinggi untuk mengibarkan nama Indonesia melalui teknologi digital. Mereka terdiri dari community leaders, mentor, investor hingga perempuan yang berada di puncak pimpinan perusahaan digital.

Dalam rangka memperingati Hari Kartini, sekaligus menghargai jasa dan pengorbanan beliau, kami ingin semangat untuk menciptakan solusi dan berinovasi ini terus-menerus digaungkan agar dapat menginspirasi lebih banyak orang.

Metha Trisnawati

Foto: istimewa
Lulusan S-1 University of Manchester, Business And Management, Metha Trisnawati adalah co-founder sekaligus CEO Sayurbox. Startup yang bergerak di bidang agrikultur.

Sayurbox menghubungkan produsen sayur (petani) dengan konsumen tanpa ada campur tangan distributor. Dengan begitu petani mendapatkan harga yang lebih baik.

Ide inovatif ini telah mengakuisisi sekitar 9.000 konsumen dan kurang lebih 22 mitra petani maupun produsen lokal. Dan tim ini 80% berbasis perempuan yang menyukai dunia cocok tanam. Sayurbox adalah pemenang 'Seedstars World Jakarta 2017'.

Leonika Sari

Foto: istimewa
Founder Reblood yang merupakan lulusan Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini tak ingin ada lagi orang Indonesia yang tidak tertolong akibat dari kurangnya kantung darah.

Ia menciptakan aplikasi Reblood, aplikasi yang membantu masyarakat menemukan kegiatan donor darah terdekat. Leo juga kerap berkampanye hidup sehat kepada anak-anak muda, dengan menjadikan donor darah sebagai kegiatan rutin.

Semangatnya membuat ia banyak menginspirasi perempuan muda di sekitarnya. Ia pun terpilih sebagai 16 Startup terbaik versi koran Tempo dan Forbes Asia 30 Under 30 pada 2016 lalu. Aplikasi Reblood sudah diunduh sebanyak 10.000 lebih di Google Play Store.

Mesty Ariotedjo

Foto: istimewa
Sebagai seorang dokter, Mesty Ariotedjo sering menemui pasien yang kesulitan akses ketika berobat. Berangkat dari pemahaman itu, ia pun mendirikan WeCare.id, sebuah situs web yang dibangun khusus untuk mengumpulkan dana bagi pasien-pasien di daerah terpencil.

Ia mempunyai tekad bahwa dirinya tak hanya menyembuhkan, tetapi juga terjun langsung memperbaiki sistem kesehatan yang telah berjalan. Pantas saja Forbes memasukkan nama Mesty sebagai salah satu kandidat perempuan muda yang menginspirasi.

Tety Sianipar

Foto: istimewa
Peduli dengan kondisi penyandang disabilitas yang kesulitan dalam mencari pekerjaan meski mereka memiliki keterampilan, mendorong Tety untuk mendirikan Kerjabilitas, sebuah jaringan sosial dalam bidang karier yang menjadi portal job bagi penyandang disabilitas.

Kerjabilitas termasuk startup yang terpilih mengikuti Google Launchpad Accelerator tahun 2016 dan juga program Jolkona Catalyst di Seattle, Amerika Serikat.

Dayu Dara

Foto: istimewa
Dayu Dara adalah salah satu pendiri dari Go-Life yang berorientasi sebagai gaya hidup. Terutama dalam area layanan Go-Clean, Go-Glam dan Go-Massage.

Wanita ini melihat Go-jek di masa depan sebagai layanan bagi masyarakat yang hidup di perkotaan yang akan memudahkan hidup mereka.

Dayu percaya tidak pernah berhenti belajar dan memberikan lebih dalam setiap bidang, merupakan kunci kesuksesan dalam membangun jenjang karier yang lebih baik.

Hal tersebut dibuktikan dalam waktu sebulan mereka telah meraih 5.000 orang mitra bisnis dan mengalami pertumbuhan signifikan sebanyak 30%-40% setiap bulannya. Ia pun masuk ke dalam '10 Inspiring Women' Forbes Indonesia di tahun 2017.

Azaela Ayuningtias

Foto: istimewa
Azalea meninggalkan segala kenyamanan ketika berada di Boston, Amerika Serikat, dan bergabung bersama enam orang temannya untuk membangun wirausaha di Flores dengan nama Du'Anyam.

Semua dilakukannya dengan latar belakang kepeduliannya akan masalah malnutrisi serius yang diidap oleh para ibu dan anak-anak di Flores, Nusa Tenggara Timur.

Menggunakan sarana dari daun lontar untuk dijadikan sebuah karya anyaman tanpa melupakan ciri khas tradisionalnya, kini Du'Anyam menghasilkan tas, sepatu, dan beragam souvenir serta produk kerajinan lainnya.

Usaha keras ini membuahkan hasil, startupnya memenangkan berbagai kompetisi kewirausahaan sosial, seperti MIT Global Ideas Challenge 2014, UnLtd Indonesia Incubation profram 2014-2016, Global Social Venture Competition 2015, serta mendapatkan dana hibah dari Tanoto Foundation.

Du'Anyam tidak berhenti sampai di situ saja, karena mereka terus akan melebarkan sayap serta mencari berbagai peluang yang ada.

Ellen Nio

Foto: istimewa
Berkat kegemarannya mengutak-atik komputer dan bermain game sejak kecil, Ellen Nio akhirnya memilih jurusan Informatika Universitas Pelita Harapan pada tahun 2010.

Kemudian ia mendapatkan beasiswa dari Global IT Scholarship Student untuk melanjutkan pendidikan di Kyungsug University. Awal kariernya bermula pada awal 2016. Ia berkesempatan untuk mengkoordinasi Jakarta Smart City.

Sekarang, Ellen memimpin inisiatif investasi Patamar Capital untuk berinvestasi pada startup yang didirikan oleh perempuan. di Indonesia. Saat ini Patamar Capital, telah berinvestasi di startup Sayurbox, Panen.id, Ladang Lima, dan Hello Sunshine.

Putry Yuli

Foto: istimewa
Co-Founder dan CEO Kostoom Putri Yuli, mengaku terinspirasi membuat bisnis jasa layanan jahit online saat melihat realita kehidupan penjahit rumahan di era digital.

Lahir dari seorang ibu yang berprofesi sebagai penjahit, Putri berempati melihat kecilnya upah yang didapat penjahit rumahan.

Dengan Koostoom ia berharap penjahit di Indonesia bisa berdaya, sehingga tidak ada lagi keterbatasan biaya dan pengetahuan yang dialami para penjahit.

Kostoom juga termasuk startup yang sering memenangkan kompesitisi antara lain Pemenang 'Seedstars World Jakarta 2016'. Juara dua di kompetisi Spica Runway. Terpilih sebagai startup yang mengikuti SXSW 2017 dan juga terpilih mengikuti kompetisi Startup 100 di Istanbul.

Crystal Widjaya

Foto: istimewa
Wanita cantik berusia 26 tahun ini memasuki ranah bisnis yang kebanyakan didominasi oleh pria. Hebatnya, Crystal Widjaya mampu mengolah berbagai macam tantangan dan situasi yang ada di lapangan hingga membuat Go-Jek menjadi layanan yang berkembang pesat di 50 kota.

Kepiawaianya dalam mengolah data hingga bekerja sama dengan divisi lain semakin memperkuat posisi Go-Jek dalam memberikan layanan bagi masyarakat luas.

Dengan background pendidikan University of California, Berkeley, jurusan Metode Empiris dan pengalamannya bekerja di beberapa startup di California, Crystal paham betul akan ekosistem startup hingga mendalami riset tentang ekosistem modal ventura hingga merger akuisisi.

Anne Regina

Foto: istimewa
Wanita juga bisa menjadi seorang IT profesional, bukan hanya laki-laki. Dengan latar belakang pendidikan IT dan aktif mengembangkan komunitas IT untuk para perempuan, yaitu Femalegeek, kini Anna Regina menjadi engineer manager di Bukalapak.

Sebagai Engineer Manager, Anne punya harapan bisa memberdayakan usaha di tiap pelosok Indonesia dan juga membuat stereotipe bahwa perempuan bisa serta mampu memberikan solusi dan mempunyai kekuatan di bidangnya masing-masing.

Vina Zerlina

Foto: istimewa
Perempuan yang punya pengalaman bekerja sebagai UX Designer di marketplace terkemuka Amazon.com ini memutuskan untuk pulang kampung ke Indonesia.

Meski harus meninggalkan segala fasilitas dan kenyamanan, Vina Zerlina memilih kembali ke negara asalnya karena ingin berkontribusi dan mengembangkan komunitas startup di Indonesia, serta pengembangan produk secara umum.

Ia berharap, Indonesia bisa menjadi pemain startup berskala global nantinya.

Alyssa Maharani

Foto: istimewa
Latar belakang pendidikannya di Wharton School, membawa Alyssa Maharani kepada jenjang yang lebih tinggi sebagai Launchpad Accelerator Startup Success Manager di Google.

Kini ia bergabung dengan Digitaraya sebagai Head of Startup Success. Alyssa sedang merancang program inkubasi tahap lanjutan untuk startup yang sudah berkembang, memberikan dana dan mentoring kepada startup yang berpotensi, serta menulis buku mengenai dunia startup ecosystem di Indonesia. Ia juga sedang menulis buku tentang ekosistem startup di Indonesia.

Menurut Alyssa, pekerjaan menjadi startup founder adalah salah satu pekerjaan paling sulit di dunia bisnis. Maka, sudah layaknya kita semua mulai dari dari sektor swasta, non-profit, maupun pemerintah memberi dukungan bagi innovator & entrepreneurs.

Dampak dari sokongan tersebut yang paling nyata adalah terciptanya banyak lapangan kerja baru.

Dina Dellyana

Foto: istimewa
Dina Dellyana lebih dikenal sebagai anggota band indie electronic terkemuka di Indonesia yaitu HMGNC.

Selain ngeband, ia juga aktif mengajar di SBM ITB dan menjabat sebagai Direktur Inkubator dan Bisnis ITB. Sebagai musisi yang juga akademisi, ia selalu menganggap mahasiswa sebagai teman, bukan sekadar murid.

Ia membuktikan bahwa perempuan dapat menjadi apa saja yang ia cita-citakan. Ia memiliki harapan untuk terus mengembangkan jiwa entrepreneur dan kreativitas mulai dari mahasiswanya hingga orang sekitar.

Wanita 34 tahun ini juga seorang serial-entrepreneur yang membangun glintzshoes.com dan Apotek Mandiri Farma.

Dina Kosasih

Foto: istimewa
Berawal dari sebuah tantangan untuk membuat sebuah bisnis di sebuah space yang tidak terpakai, Dina dan kakaknya Danny Kosasih mencari-cari bisnis apa yang akan sustainable ke depannya.

Saat melakukan riset, akhirnya Dinna mengenal Maker Movement yang sebelumnya sudah lumayan dikenal di Singapura, sebuah tren di mana orang mulai menciptakan Do-It-Yourself (DIY) produk dari barang-barang bekas.

Dari situlah tercetus ide untuk membuat MakeDonia, sebuah platform kolaborasi bagi para penggiat dan pencinta produk DIY.

Setelah menjalani MakeDonia, ia mengajak banyak komunitas untuk berkreasi secara langsung. Dina pun akhirnya menemukan masalah besar yaitu ekosistem inovasi Indonesia yang belum mumpuni.

Cindy Lailani

Foto: istimewa
Awalnya, Cindy mengaku tak mengerti banyak tentang dunia co-working dan dunia startup. Bahkan sebelum dia berkecimpung di dunia itu, dalam tahap interview dengan sebuah hotel bintang lima yang menawarkan jabatan sebagai Public Relations.

Sebagai community dan space manager Clapham, Cindy akhirnya merasa disadarkan kembali bahwa selama ini dia memang selalu ingin melakukan sesuatu untuk Kota Medan.

Ke depannya Cindy selalu berharap untuk terus memberikan yang terbaik kepada semua member Clapham. Pada Juli 2017, ia masuk dalam 'International Visitor Leadership Program' dari Kedutaan Besar AS, yang berfokus pada entrepreneurship incubators.

Ken Ratri

Foto: istimewa
Jatuh bangun di dalam dunia startup sudah dialami oleh Ken Ratri. Ia pernah mendirikan beberapa startup seperti Don Company, CosMo (sebuah startup mozaik foto), dilanjutkan dengan clothing line bernama Drama Queen, kemudian Ngubek.com sebuah directory listing khusus di daerah Bandung.

Ian juga menjadi salah satu co-founder inkubasi startup asal Denmark yang berlokasi di Bali. Namun semua itu adalah bisnis-bisnis yang pernah Ken bangun dan gagal. Ken menjadikan kegagalan itu sebagai batu loncatan.

Akhirnya, ia membangun GeekHunter, sebuat startup penyedia programmer atau talenta IT bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang teknologi atau IT. Geekhunter sekarang memiliki lebih dari 18 ribu database programmer.

Geraldine Oetama

Foto: istimewa
Geraldine Oetama adalah Partner Skystar Ventures, salah satu inkubator startup. Geraldine memahami bahwa salah satu masalah terbesar di Indonesia adalah jumlah entrepreneur yang masih rendah, hanya sekitar 2%.

Menurut wanita berusia 28 tahΓΊn ini, Skystar Ventures pada dasarnya menawarkan program yang memberikan training, fasilitas kerja, dan mentoring kepada calon entrepreneur.

Prestasi yang diraihnya antara lain ICSB Presidential Award 2017. Inkubator terbaik di Accelerate Network 2016. Portofolio Skystar Ventures juga tak sebatas startup Indonesia saja seperti Adskom dan Bridestory. Skystar juga turut berinvestasi di Carro, Coffee meets Bagel, Ekrut, etobee, dan Grab.

Stephanie Yoe

Foto: istimewa
Stephanie Yoe sudah lama malang melintang di dunia startup. Dia pernah mendirikan Jakarta City Life, Appstrak, Hingga menjadi Business Development Manager-Intrapreneur di Blibli.com.

Perannya kini di Fenox Venture Capital sebagai Venture Partner sangat penting dalam mendukung kiprah anak muda yang ingin berkecimpung di dunia startup.

Fenox Venture Capital yang berbasis di Silicon Valley ini gencar memberi dana untuk startup-startup yang mereka anggap bagus dan menawarkan ide yang desruptive.

Gita Savitri

Foto: istimewa
Gita mengaku bahwa niatnya untuk berkecimpung di dunia media sosial itu murni karena ingin mendorong anak muda Indonesia supaya terbuka pikirannya.

Menurutnya, anak muda zaman sekarang itu cenderung tidak berpikir panjang mengenai hidupnya, sekadar seru-seruan dan dipenuhi hal materialistik.

Pada 2017, Gita Savitri terpilih jadi satu-satunya YouTuber wanita Indonesia untuk program YouTube Creator for Change, sebuah program dari YouTube untuk memerangi hate speech, xenophobia, extremism, dan isu-isu sosial lainnya dengan membuat konten positif.

Gita juga menulis buku berjudul 'Rentang Kisah'. Sekarang Gita tengah menyelesaikan studi S2 jurusan Kimia di Jerman sembari terus menginspirasi anak muda di Indonesia melalui konten di channel YouTube dan Instagram miliknya.

Monica Carolina

Foto: istimewa
Bermain game seringkali dianggap sebelah mata, namun tak banyak yang mengerti bahwa hobi ini juga bisa menjadi karier dengan pendapatan yang mengiurkan.

Monica Carolina yang lebih dikenal dengan nama Nixia contohnya. Ia adalah gamer profesional sejak tahun 2008. Ia kerap mengikuti turnamen game baik dari dari dalam maupun luar negeri.

Selain gamer, ia juga dikenal sebagai blogger yang mengulas tentang gadget serta menjadi moderator forum game. Ini yang menjadi cikal bakal lahirnya NixiaGamer.

Ia juga dikenal sebagai pelopor NXA ladies pada 2011 lalu yang berisi kumpulan gamer wanita yang berambisi mengikuti berbagai turnamen.

Tim NXA Ladies saat ini memiliki tiga divisi game, yaitu Overwatch, Counter Strike: Global Offensive, dan game mobile yaitu Mobile Legends serta Arena of Valor (AOV) yang didirikan pada Oktober 2017.

Prestasi yang tercatat sejauh ini juga cukup hebat, Juara dua Guitar Hero Tournament di kualifikasi World Cyber Games 2009, Jakarta.

Juara satu Guitar Hero Tournament di Hotgame FKI 2010, Jakarta. Juara satu Call of Duty 4 Hotgame Tournament di Indonesia Games Festival 2012, Jakarta Convention Center.

Peringkat empat Battlefield 3 GamersPlatoon Asia-Europe Tournament. Juara satu 1vs1 Counter Strike: GO ASUS Challenge Session 4.

Diajeng Lestari

Foto: istimewa
Diajeng Lestari merupakan lulusan sarjana Ilmu Sosial dan Politik dari Universitas Indonesia. Terinspirasi dari matakuliah 'Manajemen Perubahan', ia lalu mendirikan Hijup. Istri dari CEO Bukalapak Achmad Zaky ini mengaku ingin berbuat sesuatu yang berdampak bagi masayarakat.

Sebagai CEO Hijup, Diajeng telah membuktikan bahwa Hijup sudah menjadi rumah bagi ratusan merek lokal Indonesia. Saat ini ia sudah memberdayakan ribuan orang, dan sudah menjual produknya hingga ke mancanegara.

Fashion bagi Diajeng bukan tentang kontes kecantikan, tapi tentang karakter, aspirasi dan inspirasi orang. Busana Islam membawa aspek-aspek itu bersama dengan kedewasaan spiritual dan kecantikan batin.

Selain telah membawa Hijup menjadi e-commerce fashion muslim yang besar, Diajeng sendiri terdaftar dalam 'Islamica 500' sebagai salah satu pemimpin bisnis terkemuka yang membentuk ekonomi dan pasar Islam.

Halaman 2 dari 22
(fyk/rou)