Kecemasan antara lain terlontar di Malaysia, tempat Grab berasal. Clemente Anthny Arul, driver Uber di sana, menyatakan Grab secara efektif telah memonopoli taksi online. Ketika Uber masih ada, driver punya pilihan mengemudi di platform mana setelah mempertimbangkan baik buruknya.
"Dengan merger ini, maka opsi tersebut sudah tidak ada lagi dan hanya ada satu pilihan," sebutnya yang dikutip detikINET dari Malay Mail.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Driver lain bernama Ayee Mazlan juga khawatir pendapatannnya berkurang karena menurutnya, sistem di Uber lebih menguntungkan. "Skema pembayaran Uber lebih besar bagi driver sedangkan aturan Grab mencekik dan driver lebih mudah didiskualifikasi," kata dia.
Driver yang lainnya mengaku sudah memprediksi Uber bakal menyerah. "Mereka merugi dan tidak mampu lokalisasi seperti Grab," ujar driver Aaron Yap.
"Memang kita bisa lebih banyak mendapatkan penumpang, tapi masuknya Uber ke Grab juga akan menciptakan lebih banyak kompetisi bagi driver dalam mendapatkan penumpang," lanjut dia.
Baca juga: Grab dan Uber Bersatu Melawan Go-Jek |
Tapi ada juga driver yang menanggapi monopoli Grab dengan positif. Harapannya, tarif akan dinaikkan yang berujung pada driver meraih lebih banyak pendapatan. Karena tak punya kompetitor, Grab dinilai lebih leluasa menetapkan tarif.
"Secara pribadi saya tidak khawatir. Saya cukup percaya diri bahwa tarif akan naik," kata seorang driver asal Singapura, Rennu Mahajan. (fyk/fyk)











































