Elon Musk Delete Facebook SpaceX dan Tesla

Rachmatunnisa - detikInet

Sabtu, 24 Mar 2018 08:23 WIB

Jakarta - CEO SpaceX dan Tesla Elon Musk mengikuti jejak pendiri WhatsApp Brian Acton untuk menghapus akun Facebook.

Hal ini diketahui dari respons Elon saat nimbrung di postingan tweet Acton yang menyerukan ajakan untuk delete Facebook. Dalam thread percakapan tersebut, salah satu follower lain menanyakan kemungkinan Elon untuk menghapus akun Facebook SpaceX.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Elon membalas pertanyaan tersebut dengan menyebutkan dirinya bahkan tidak menyadari kalau SpaceX punya akun Facebook. Dia pun mengatakan akan menghapusnya.

What's Facebook?
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018

I didn't realize there was one. Will do.
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018

we're waiting pic.twitter.com/5jAEEdja1k
— Ryan Mac (@RMac18) March 23, 2018

Follower lain kemudian menyarankan akun Facebook Tesla untuk ikut dihapus juga. Elon pun tanpa keraguan menjawab akan menghapusnya. "Tentu saja, lagipula ini terlihat tidak memuaskan," ujarnya.

this should be deleted too right? pic.twitter.com/1llNaXS0CC
— bryson (@Bryson_M) March 23, 2018

Definitely. Looks lame anyway.
— Elon Musk (@elonmusk) March 23, 2018

yasssssssss pic.twitter.com/qMdTrkcQQm
— Ryan Mac (@RMac18) March 23, 2018

Berdasarkan penelusuran detikINET, Sabtu (24/3/2018), halaman akun Facebook page SpaceX resmi sudah tidak ditemui. Hasil pencarian hanya menampilkan akun Facebook SpaceX tidak resmi. Demikian juga yang terjadi pada halaman Facebook Tesla resmi, kini sudah menghilang.

Elon sendiri tidak memiliki akun Facebook. Akun media sosialnya yang aktif adalah Twitter dan Instagram. Seperti diketahui, Instagram juga merupakan layanan milik Facebook. Sejauh ini, akun Instagram miliknya @elonmusk masih tetap aktif.

Ajakan delete Facebook adalah buntut dari terungkapnya skandal privasi yang menimpa Facebook. Data 50 juta pengguna Facebook dicuri dan dimanfaatkan sebuah lembaga konsultan politik Cambridge Analytica untuk pemenangan kampanye Donald Trump saat Pemilihan Presiden AS pada 2016. (rns/rns)