Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Creativepreneur Corner 2018
Bikin Creativepreneur, Putri Tanjung Pernah Ditolak Sana-sini
Creativepreneur Corner 2018

Bikin Creativepreneur, Putri Tanjung Pernah Ditolak Sana-sini


Adi Fida Rahman - detikInet

Foto: Grandyos Zafna
Jakarta - Bila kebanyakan remaja berusia 17 tahun mengisi waktu luang dengan bermain gadget atau nongkrong-nongkrong bersama teman, tidak demikian dengan gadis satu ini. Dia malah mencoba membuat acara talk show dengan peserta 1.500 orang.

Sosok tersebut bernama Putri Indahsari Tanjung. Dia adalah putri sulung Chairul Tanjung, salah satu orang terkaya di Indonesia sekaligus pemilik CT Corp.

Kepada detikINET, Uti, begitu sapaan akrabnya, menceritakan bagaimana dia membangun Creativepreneur Corner hingga menjadi acara tahunan yang ditunggu kehadirannya. Semua bermula dari kata Creativepreneur itu sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gadis kelahiran 21 tahun silam itu kerap mendengar kata Creativeprenuer yang menurutnya memiliki banyak arti.

"Ternyata artinya bisa banyak. Bisa entrepreneur creative, bisa entrepreneur di industri kreatif," ujarnya saat ditemui di sela-sela persiapan Creativepreneur Corner 2018 di Yogyakarta.



Ingin tahu lebih banyak, Uti kemudian menelusuri Creativepreneur di Google. Sayangnya acara yang terkait soal tersebut tidak banyak. Ada pun itu acaranya dinilainya kaku dan terlalu formal. Belum lagi biaya keikutsertaannya cukup mahal.

Dari situ, Uti kemudian tergerak untuk membuat acara talk show soal creativepreneur dengan format acara yang berbeda. Harapannya dapat memberikan inspiriasi, tapi tidak membuat bosan bagi anak muda yang mengikutinya. Berbekal pengalamannya sebagai event organizer, dia kemudian membuat Creativepreneur Corner 2014.


Susahnya Cari Duit


Saat merintis Creativepreneur Corner empat tahun lalu tidak semudah dibayangkan orang. Tak banyak yang tahu dia harus berjuang sendiri untuk mewujudkan cita-citanya itu.

"Banyak yang ngga tahu kalau gue nggak didukung secara finansial dari ibu dan bapak. Dari umur 15 tahun, gue nggak pernah dapet modal sepeserpun. Semuanya gue sendiri," kenang Putri.

Nama besar sang ayah pun tidak pula membantu Uti saat mencari narasumber dan sponsor. Dia bahkan harus kehujanan menunggu di pos satpam demi menemui orang yang diharapkan menjadi pendukung finansial kegiatannya.

"Inget banget gue sampai ditolak 30 sponsor," ungkap mahasiswi Academy of Arts San Francisco, Amerika Serikat itu.

Namun semua kondisi itu tidak membuatnya patah semangat. Dari sana dia belajar susahnya mencari duit. Selain itu dia makin mengenal dan menghargai proses akan segala hal.

"Jadi kalau gue ditanya gampang ya bikin creativepreneur, tentu nggak lah," tegasnya. (jsn/rns)





Hide Ads