"Di China, sekarang ada mesin ukiran yang sudah bisa membuat ukiran yang persis sekali seperti dari Jepara. Kita tidak bisa membendung hal-hal seperti itu, karena ada pasarnya," ujarnya.
Dia beranggapan, manusia harus bisa menghargai sebuah ketidaksempurnaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karenanya, dia mengatakan bahwa manusia harus punya manifesto terkait dengan adanya kecerdasan buatan yang dapat menggantikan peran manusia, yang ia kutip dari seorang ahli.
"Yang pertama adalah hak untuk tetap natural, secara biologis dan organik. Kedua, hak untuk menurunkan efisiensi. Kita boleh saja lebih lambat dan less capable sewaktu-waktu," tuturnya.
"Lalu, yang ketiga adalah hak untuk memutuskan koneksi. Nanti, kita akan selalu terkoneksi dengan segala hal. Memang bagus, tapi kalau terus-terusan seperti itu hingga kita dikendalikan oleh artifial intelligence efeknya bisa menyeramkan," ia menambahkan.
Selain itu, dia juga mengatakan bahwa manusia boleh memiliki hak untuk tidak dikenal.
"Saya pernah cari suatu barang di e-commerce. Setelahnya, iklan-iklan tentang barang tersebut terus berdatangan ke email saya, seakan-akan saya hanya butuh satu barang tersebut. Itu juga sangat menakutkan," pungkasnya. (rns/rns)