Pihak berwenang di berbagai negara seperti Australia saat ini tengah berusaha keras membuka informasi dari Telegram dalam sejumlah kasus serangan teror.
Telegram memang sudah cukup lama menjadi favorit para pelaku teror termasuk ISIS untuk menyebarkan propaganda. Aplikasi chat dengan tingkat enkripsi ketat ini diketahui menjadi alat komunikasi para pelaku dalam sejumlah aksi teror yang terjadi belakangan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sebelumnya, ISIS juga diketahui mengabarkan pihaknya berada di balik serangan di Paris dan bom pesawat Rusia di Mesir menggunakan Telegram.
Duncan Lewis ASIO director-general mengatakan penggunaan komunikasi terenkripsi oleh teroris menjadi perhatian penuh pihak kepolisian dan intelijen.
"Perubahan teknologi yang cepat terus menyediakan perangkat baru untuk menyembunyikan aktivitas mereka dari para penegak hukum," ujarnya seperti dikutip dari Sydney Morning Herald, Jumat (9/6/2017).
Telegram semakin menjadi pilihan pelaku teror, apalagi mengingat Twitter dan media sosial mainstream makin ketat menyaring akun mencurigakan agar ISIS tidak memanfaatkannya.
Fitur enskripsi itu belakangan juga diberikan WhatsApp. Tapi para teroris sepertinya kadung lebih menggemari Telegram. (rns/fyk)