Kesepakatan Iklim Paris adalah kesepakatan dalam kerangka United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang mengawal reduksi emisi karbon dioksida efektif berlaku sejak 2020. Persetujuan ini dibuat pada Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2015 di Paris, Prancis.
Seperti dikutip dari Business Insider, Jumat (2/6/2017), keputusan Musk tentu mengejutkan, mengingat sebelummnya, CEO Tesla ini dikenal paling keras kepala untuk bertahan di jajaran Dewan Penasihat Ekonomi pemerintahan Trump.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Am departing presidential councils. Climate change is real. Leaving Paris is not good for America or the world.
β Elon Musk (@elonmusk) June 1, 2017
"Saya meninggalkan Dewan Penasihat. Perubahan iklim adalah hal yang nyata. Meninggalkan (Kesepakatan) Paris sangat buruk bagi Amerika dan dunia," tweetnya melalui akun Twitter dengan nada kecewa.
Padahal, sebelumnya Musk masih menaruh harapan bahwa dirinya bisa memberikan kontribusi terhadap sejumlah keputusan penting pemerintahan Trump. Februari lalu, di tengah ramai pemberitaan CEO Uber Travis Kalanick memilih mundur menjadi Dewan Penasihat sebagai bentuk protes, Musk memilih bertahan.
Risikonya jelas, dia dicibir lantaran dianggap mendukung semua kebijakan Trump, termasuk kebijakan terkait pembatasan terkait imigrasi yang menuai kecaman dari banyak pihak waktu itu.
Menurut pria yang kerap dijuluki Iron Man di dunia nyata ini, dirinya justru harus berada di sana untuk berbuat sesuatu menentang kebijakan yang mengundang kontroversi, mulai dari pembatasan imigran sampai terkait energi bersih.
"Desember lalu, saya setuju untuk bergabung menjadi anggota dewan penasihat ekonomi presiden, untuk memberikan pandangan terhadap berbagai isu penting bagi negara kita dan dunia. Di pertemuan besok, saya dan anggota lainnya akan mengungkapkan keberatan kami terhadap perintah eksekutif mengenai imigrasi dan menawarkan saran untuk mengubah kebijakan tersebut," kata Musk saat itu.
Ditambahkannya, kehadirannya di jajaran dewan penasihat Presiden, bukan berarti dirinya setuju dengan seluruh kebijakan Trump. Maka sudah menjadi tugasnya untuk membantu mempercepat transisi dunia sesuai bidang yang dikuasainya yakni ekonomi, teknologi dan energi terbarukan. (rns/fyk)