Ericsson melakukan penelitian soal ini. Pencarian hasilnya dilakukan menggunakan metode neuroscience, di mana peserta tes akan dipasangkan semacam alat di kepalanya yang bisa menangkap sinyal otak untuk mengatahui tingkat stres. Tercatat ada sekitar 170 partisipan di Jakarta yang mengikuti survei berbasis neuroscience ini.
Dalam simulasinya, peserta diminta meng-upload hasil selfie dirinya ke media sosial. Selanjutnya tim penguji membuat seolah-olah proses upload tertahan akibat koneksi jaringan yang kurang baik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dan hasilnya menggambarkan, kalau 22% pengguna internet di Jakarta sudah akan merasakan stres ketika foto yang di-upload tak kunjung selesai dalam 4 detik. Sementara itu 47% lainnya akan langsung kehilangan motivasi dan meninggalkan aktivitas tersebut.
Lebih lanjut, dalam cakupan yang lebih umum terkait masalah koneksi di penggunaan smartphone hasilnya juga tak kalah menarik. Ericsson mengungkapkan kalau ketika terjadi delay koneksi 1 detik saja sudah ada 8% pengguna yang mulai cuek atau tidak lagi fokus dengan aktivitas berinternet yang dilakukan.
Persentasenya pun melonjak signifikan saat menjejaki 4 detik. 39% pengguna internet langsung cuek ketika kenyamanannya terganggu selama 4 detik. Ketika berlanjut ke 8 detik, persentasenya pun semakin meningkat menjadi 42%. Ujung-ujungnya mereka bisa langsung meninggalkan aktivitas internetnya.
"Pengguna (internet) akan menyalahkan semua entitas ketika pengalaman berinternetnya terasa sangat buruk. Jadi seharusnya semua entitas (operator, penyedia layanan digital, dan pembuat perangkat โred)bekerja bersama untuk membuat ekosistem internet yang baik dan bisa memuaskan pelanggan," ujar Afrizal Abdul Rahim, Head of Ericsson ConsumerLab SEA & Oceania, di hotel Four Seasons, Jakarta. (yud/afr)