Seperti diketahui, kampanye #DeleteUber merupakan bentuk protes terhadap Uber yang dinilai mendukung kebijakan penangguhan akses masuk warga dari tujuh negara muslim yang dikeluarkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Hal ini bermula ketika ada aksi protes dari aliansi sopir taksi New York, AS dengan tidak mengangkut penumpang dari bandara internasional John F. Kennedy (JFK) pada pukul 16.00 waktu setempat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi Uber ini menuai protes dari masyarakat di penjuru dunia, khususnya di AS. Berbondong-bondong sebagian orang menghapus aplikasi Uber dari ponsel mereka.
![]() |
Walaupun Uber mungkin menjadi layanan ride-sharing yang menjanjikan, nyatanya ada layanan serupa yang ditawarkan di AS, yakni Lyft. Dan karena aksi #DeleteUber ini, seperti dikutip detikINET dari The Verge, Selasa (31/1/2017), Lyft memperoleh keuntungan berupa kenaikan jumlah download harian di iOS.
Beberapa ada yang melaporkan jika Lyft saat ini menduduki peringkat nomor empat di iTunes App Store dan bersaing dengan aplikasi popular lainnya, seperti Instagram, Snapchat, YouTube, dan Facebook. Sebelum ada aksi #DeleteUber, Lyft hanya puas bertengger di peringkat nomor 39.
Namun, ini mungkin hanya karena imbas #DeleteUber. Belum tahu apakah kejayaan Lyft akan bertahan selamanya atau berakhir dalam waktu dekat.
(mag/rou)