Dikatakan pengamat media sosial Nukman Luthfie, hoax merupakan representasi dari kehidupan sehari-hari dan bukan sesuatu yang baru. Dengan keberadaan media sosial, hoax menyebar lebih masif.
"Perlu peran pemerintah karena tetap saja masih bisa ada yang 'termakan'. Pemerintah kalau mau tegas menghentikan atau meredam, cari orang yang menyebarkan. Jadi energi pemerintah itu difokuskan untuk menumpas sumbernya," kata Nukman dihubungi detikINET, Selasa (20/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Di Indonesia, saya riset terkait Pilkada, jadi berita yang tersebar itu, antara yang resmi dan hoax, lebih banyak yang hoax," sebutnya.
Meski demikian, Nukman percaya selalu ada orang-orang 'waras' di antara campur aduk dan banjir informasi yang makin deras mengalir. Yang jelas menurutnya, penting untuk selalu mengecek ulang kebenaran sebuah berita.
"Paling tidak, selalu kritis. Jangan hanya membaca judul, cek dan ricek kebenarannya, ikuti akun-akun terpercaya dan saring informasi dengan memanfaatkan fitur yang ada di media sosial," tutupnya. (rns/rou)