Setidaknya demikian hasil studi yang dilakukan Spire, pembesut wearable gadget untuk mendeteksi tingkat stres. Spire menyebutkan, suasana politik yang memanas bisa mempengaruhi emosi seseorang.
Spire mempelajari tingkat stres sekitar 3.000 warga Amerika Serikat (AS) menjelang hari Pemilihan Presiden (Pilpres) beberapa waktu lalu. Pada saat itu, tingkat stres partisipan tercatat naik signifikan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Spire mencatat, tingkat stres partisipan naik rata-rata hingga 50%. Stres, dijelaskan Paley, tak hanya mempengaruhi aktivitas otak, tetapi juga keseluruhan tubuh. Singkatnya, kita akan merasa lebih mudah lelah dan tegang sepanjang waktu.
Efek jangka panjangnya, tubuh akan mengalami peningkatan level kortisol yang bisa menurunkan sistem imun tubuh. Dikatakan Paley hal ini memicu tingkat perasaan tertekan lebih tinggi dibandingkan hari biasa.
Tak hanya saat Pilpres AS, ini bisa terjadi di mana saja, termasuk di Indonesia. Yang terdekat adalah momen Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta. Riuh adu argumen di media sosial seperti Facebook dan Twitter, membuat sebagian orang gerah dan tertekan.
Semua orang mendadak membicarakan isu politik. Tak jarang hal ini memancing permusuhan antar teman atau keluarga. Jauh sebelum pemungutan suara dimulai, hiruk pikuk timeline media sosial bisa meningkatkan kadar stres pada banyak orang.
"Tetiba banyak yang jadi ahli tafsir, ahli agama, ahli politik. Sementara saya jadi ahlieur--pusing--Sosmed buat seru-seruan, hiburan di kala ruwet. Bukan malah bikin tambah ruwet. Just spread the Love, smile then happy," saran salah satu pengguna Facebook bernama Melinda.
Di Facebook, hal ini bahkan memicu fenomena memutus pertemanan atau unfriend besar-besaran. Fenomena unfriend ditengarai meningkat sejak dimulainya kampanye Pilgub DKI Jakarta.
Foto: GettyImages/Chris Jackson |
Tampaknya banyak yang merasa tidak nyaman melihat timeline mereka dipenuhi persaingan tidak sehat antar pendukung calon Gubernur DKI, saling adu opini yang malah menimbulkan hatespeech atau konten kebencian. Melakukan 'bersih-bersih' dengan menh-unfriend sejumlah teman pun jadi solusi, demi kenyamanan berjejaring sosial.
"Unfriending people, done! Just realize there are people in my friendlist that so busy with hatespeech these days. Something I just dont wanna see in my timeline. And unfollowing seems not enough hehehe. Peace of mind starts with peace timeline," kata pengguna Facebook lain bernama Tannya, mengungkap alasan meng-unfriend teman.
Kembali ke hasil studi Spire yang dilakukan di AS, secara garis besar studi ini memperlihatkan bahwa momen pemilihan seorang pemimpin yang memengaruhi hidup banyak orang bisa memicu perasaan tertekan dan tidak nyaman.
"Anda tak sendirian. Pada dasarnya, jangan membiarkan diri berlarut-larut berada dalam perasaan dan emosi yang membuat tertekan," saran CEO Spire Jonathan Palley.
Gara-gara hatespeech di timeline Facebook pula, banyak pengguna emosi. Selain memilih unfriend teman, tak sedikit yang merasa malas membuka jejaring sosial besutan Mark Zuckerberg tersebut.
"Gue sampai di message pribadi sama beberapa teman cuma gara-gara gue nge-share berita terkait Pilkada DKI sama Ahok. Padahal berita yang gue share netral. Ganggu banget, bikin gak nyaman," keluh pengguna Facebook bernama Ian.
Pengguna lain yang menolak disebutkan namanya mengaku sudah melakukan unfriend lebih dari 20 kenalannya di Facebook. "Karena sering berbagi hal-hal berbau provokasi," ujarnya.
"Ada beberapa yang akhirnya saya unfriend. Tapi kebanyakan saya unfollow saja, nanti kalau sudah lewat (pilgub DKI 2017-red) saya follow lagi," kata pengguna Facebook lainnya.
Foto: Screenshot Alexa |
Imbas dari kejadian ini, posisi Facebook ikut melorot. Mengacu pada rating peringkat yang dipublikasikan Alexa, biasanya Facebook kerap menempati posisi lima besar Indonesia.
Tapi posisi tersebut kini berbalik signifikan. Facebook bahkan terlempar dari posisi 10 besar. Layanan media sosial ini sekarang harus puas turun dari peringkat keempat ke peringkat 11.
Sementara, peringkat keempat kini ditempati oleh situs berita detikcom. Media online terbesar di Indonesia ini bertengger tepat di bawah posisi mesin pencarian Google dan YouTube. (rns/rou)
Foto: GettyImages/Chris Jackson
Foto: Screenshot Alexa