Aulia menyebut bahwa inisiatif menjadikan Jack Ma sebagai penasihat memang hal yang positif, terlepas dari rasa waspada dengan invansi pemain asing.
"Memang kita harus protect, tapi kita juga harus melihat bahwa digital ekonomi ini tentang memenangkan indonesia di kancah global. Oleh sebab itu, kita memerlukan sumber-sumber yang bisa memberikan informasi tentang kejadian di level global," ujar Aulia kepada detikINET di Caca Marica Cafe, Jakarta, Rabu (19/10/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski perlu sosok Jack Ma, menurut Aulia Indonesia juga membutuhkan sosok penasihat lokal atau yang berasal dari negara sendiri. "Misalnya Jack Ma memberikan pandangan mengenai global. Lalu bagaimana dampaknya terhadap lokal? Maka dari itu harus ada penasihat lokal yang memberikan masukan-masukan kepada pemerintah," ucapnya.
"Sederhananya, setiap masukan-masukan yang diberikan oleh asing, jangan langsung diimplementasikan. Libatkan lokal untuk mengkaji masukan-masukan itu, idEA misalnya," terang pria yang menjabat sebagai CEO Blanja.com itu.
Terakhir yang menjadi saran dari Aulia adalah sebaiknya masyarakat dan pemerintah bisa memisahkan antara Jack Ma sebagai orang yang berpengalaman di bidang e-commerce dengan sosoknya sebagai pebisnis. "Memang dia tentu ada kepentingan, sama seperti semua orang. Tapi kepentingan ini harus dilihat dengan kacamata yang sehat," ujarnya.
"Tidak ada hubungannya dia sebagai penasihat dan investasinya di Indonesia. Tidak jadi penasihat pun dia pasti berinvestasi kok," pungkasnya.
Pendapat Aulia terkait perlunya penasihat lokal ini sendiri sebelumnya juga sudah diutarakan oleh Menkominfo Rudiantara. Hanya saja, meteri yang akrab disapa Chief RA ini belum menemukan sosok yang tepat.
"Pokoknya nanti saya cari, karena kan saya harus jualan juga ke yang bersangkutan. Enggak bisa 'oh kamu jadi penasihat ya'. Enggak bisa gitu. Dia kan punya nama besar, benefitnya apa kan mereka juga lihat begitu," katanya beberapa waktu lalu. (mag/fyk)