Papua, Tanah Surga yang 'Miskin' Internet
Hide Ads

Papua, Tanah Surga yang 'Miskin' Internet

Fino Yurio Kristo - detikInet
Jumat, 30 Sep 2016 14:13 WIB
Danau Sentani. Foto: finoyk/detikcom
Jakarta - Banyak yang bilang Papua itu tanah surga. Sumber daya alam melimpah, pemandangannya begitu indah. Itu yang detikINET rasakan sendiri saat berkunjung ke Papua dalam rangka meliput festival desa teknologi dan informasi atau Destika 2016 di Kabupaten Jayapura.

Menjejakkan kaki di bandara Sentani, pengunjung langsung disuguhi pemandangan gunung-gunung tinggi diselimuti barisan awan yang memukau. Saat perjalanan pun, di sebelah jalan raya adalah danau Sentani yang membentang berkilo-kilo meter, menyajikan keelokan yang tak ada habisnya.

Pembangunan memang sudah tampak baik, jalan-jalannya sebagian besar beraspal mulus, setidaknya di wilayah Jayapura. Pertokoan di pusat kota pun ramai, mobil dan motor berlalu lalang meski memang tidak seramai di tanah Jawa. Tapi sayang kekurangan dalam soal jaringan internet terlihat jelas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telkomsel memang sudah menyajikan koneksi internet yang cepat di banyak lokasi khususnya perkotaan, bahkan 4G. Tapi bisa dikatakan, hanya operator pelat merah itulah yang bisa memuaskan dahaga bandwidth di Kabupaten Jayapura dan barangkali di banyak tempat lainnya.

detikINET tidak sekalipun bisa mendapatkan jaringan Tri alias blank total. XL dan Indosat katanya ada di beberapa tempat, tapi agaknya belum merata. Saat berbincang, warga di sana pun mengakui tak banyak pilihan soal koneksi internet mobile, bahkan sekadar sinyal telepon.

"Sinyalnya susah sekali. Cuma ada di lokasi tertentu di kampung kami, jadi harus jalan jauh," sebut Gideon, warga desa Sosiri, distrik Waibu, Jayapura. Ia menuturkan cukup banyak warga di kampung sudah memakai ponsel. Tapi ponsel berukuran kecil katanya, merujuk pada feature phone.

"Kalau mau telepon ya harus jalan ke gunung. Jaraknya bisa sampai 300 meter baru ada sinyal," papar lelaki berusia sekitar 50-an tahun itu. Dan hanya ada sinyal Telkomsel, yang lain ngeblank.

Untuk membeli pulsa pun, Gideon harus ke kota terdekat yang jaraknya sekitar 15 kilometer. Dia mengaku biasa membeli pulsa Rp 20 ribu.

"Pulsa kita beli Rp 24 ribu. Satu hari habis. Besok beli lagi ke kota (Sentani)," sebut Gideon. Untuk ke kota, dia harus mengeluarkan bensin ketika memakai sepeda motor atau mobil. Jika naik angkutan umum yang disebutnya 'taksi', dia harus keluar Rp 10 ribu sekali jalan.

Internet Masih Makhluk Aneh

Dalam kunjungan ke sebuah desa sekitar sejam perjalanan dari pusat kota Sentani, terlihat seorang penduduk menggenggam tablet Samsung Galaxy. Warga bernama Titus itu mengaku tidak ada internet di desanya.

"Ini hanya dapat buat telepon, tidak ada internet di sini," katanya. Namun setelah ditelusuri, sebenarnya ada jaringan data di tempat itu, walaupun lagi-lagi hanya Telkomsel.

Jadi ternyata, belum dipahami kalau sinyal operator bisa dipakai untuk tersambung dengan internet. Setelah dilakukan tethering dan bisa terhubung dengan internet, barulah Titus paham bahwa dia bisa mengakses dunia maya dengan jaringan operator melalui tabletnya.

Sepertinya banyak warga di sana, khususnya di pedalaman, yang memang belum paham soal internet. Maka di salah satu workshop festival Destika, diterangkan kepada warga yang diundang soal apa itu internet dan manfaatnya yang segudang.

Memang Destika diadakan di Papua dengan tujuan warga di sana makin melek teknologi, makin akrab dengan internet. "Ini adalah program membangun desa dari sektor teknologi. Kami ingin semua masyarakat bisa memanfaatkan teknologi secara maksimal," kata Kepala Seksi Penerapan Teknologi dan Infrastruktur Dirjen Aptika Kemenkominfo, Aris Kurniawan

Dan harapan penduduk setempat, khususnya di pedesaan sebenarnya sederhana. Jaringan telekomunikasi maupun internet bisa makin kencang dan makin murah.

"Ya kalau bisa operator lainnya juga ada internet. Dan paling penting itu internetnya semoga dapat semakin kencang dan stabil," tutur Lois, warga desa Sabronyaru di Sentani Barat.

Dia memimpikan potensi wisata Papua yang luar biasa seperti Danau Sentani bisa semakin dikenal. "Kalau jaringan lancar dan murah, kita semua bisa posting posting foto daerah wisata di sini di Facebook toh. Nanti makin banyak orang datang," harapnya.

(fyk/ash)