Drone itu bernama Watchkeeper dan dioperasikan militer Inggris. Saat diterbangkan dalam latihan, software yang mengendalikannya bermasalah. Investigasi Departemen Pertahanan Inggris menyimpulkan software salah mendeteksi kalau drone sudah mendarat, padahal masih berada di udara.
Akibatnya, seperti dikutip detikINET dari Telegraph, Selasa (16/8/2016), drone itu jatuh dengan moncong menghujam landasan, kemudian terseret jauh. Kerusakannya tidak dapat diperbaiki sehingga sang drone diputuskan tidak bisa dipakai lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Militer Inggris memang termasuk getol memakai drone. Sebanyak 54 unit drone Watchkeeper itu telah dipesan dalam proyek senilai 847 juta poundsterling.
Dikembangkan perusahaan bernama Elbit dan Thales UK, Watchkeeper dapat difungsikan di segala cuaca untuk melakukan pengintaian dan menghasilkan gambar definisi tinggi, baik di siang maupun malam hari. Beratnya 450 kilogram dan dapat terbang selama sekitar 17 jam.
Dari stasiun pengendalinya, Watchkeeper bisa tetap terhubung dengan sinyal radio sampai radius 150 kilometer. Militer Inggris diketahui sudah mengoperasikannya di Afghanistan sejak September 2014.
(fyk/ash)