Sisi Gelap di Balik Gemerlap Silicon Valley
Hide Ads

Sisi Gelap di Balik Gemerlap Silicon Valley

Ardhi Suryadhi - detikInet
Senin, 15 Agu 2016 14:49 WIB
Foto: Getty Images
California - Silicon Valley adalah sebutan untuk sebuah wilayah di California, di mana perusahaan raksasa di jagat teknologi berkumpul. Di sana ada kantor pusat Google, Facebook, LinkedIn, Twitter, VMWare dan segala macam. Sudah tentu banyak pegawainya digaji sangat tinggi.

Namun di balik gemerlap Silicon Valley, ada sisi gelap yang belakangan jadi masalah besar, yakni harga tempat tinggal luar biasa tinggi bahkan untuk ukuran Amerika Serikat. Akibatnya, banyak warga tak punya rumah. Bahkan karyawan di perusahaan teknologi pun belum tentu mampu membeli rumah di sana.

Tingginya harga rumah karena faktor gaji tinggi dan kelangkaan tempat tinggal. Dikutip detikINET dari Huffington Post, kurang dari 10% PNS di kota Palo Alto, salah satu wilayah di Silicon Valley, mukim di sana. Mereka rela tinggal sangat jauh karena tak mampu membeli rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bayangkan saja, harga sewa rata-rata apartemen dua kamar di Palo Alto itu sebesar USD 4.500 atau di kisaran Rp 58,9 juta per bulan. Sedangkan harga jual rumah rata-rata adalah USD 2,4 juta atau sekitar Rp 31,4 miliar.

Pemimpin pemadam kebakaran kota Palo Alto, Sean MacDonald misalnya, memilih tinggal di Sacramento. Untuk mencapai kantor, dia harus mengemudi jam 4 subuh dan baru sampai pukul 8 pagi.
Palo Alto dari udara (ist)

"Memang sungguh menyebalkan. Itulah harga yang harus Anda bayar karena bekerja di sana dan harus membesarkan sebuah keluarga," kata dia.

Ada juga Kate Downing dan suaminya Steve. Keduanya sama-sama bekerja di perusahaan teknologi di Palo Alto. Namun sampai sekarang mereka masih menyewa rumah dan berencana pindah saja dari kawasan itu.

Sebulan, pasangan muda ini harus membayar biaya sewa rumah USD 6.200 atau lebih dari Rp 81 juta per bulan. Jelas, tinggal di Silicon Valley bukan opsi baginya pada saat ini.

"Jika orang seperti kami saja tidak bisa tetap tinggal di Silicon Valley, hal ini membuktikan betapa buruk situasi di sini. Pasti banyak yang menderita di luar sana," sebut Kate.

Dengan asumsi pasangan itu bergaji tinggi dan tetap tidak mampu tinggal di sana, bagaimana nasib penduduk kebanyakan? "Saya sedih memikirkan akan jadi apa Palo Alto. Keluarga muda yang berasal dari sini tidak punya harapan," sebut Kate Downing, seorang pengacara di sana.

Tak sedikit yang tinggal di mobil karavan sewaan untuk menghemat ongkos. "Dari 80 ribu penduduk di sini, semakin banyak yang sekarang memilih tinggal di mobil," sebut seorang warga bernama Joanne.

Pemerintah dan para perusahaan teknologi seperti Facebook sedang berupaya mencari solusinya walau banyak yang menganggap kebijakan mereka tidak memuaskan. Facebook dikabarkan akan membuat ribuan rumah untuk karyawannya, sebagian akan dialokasikan untuk warga berpendapatan menengah ke bawah.

(ash/fyk)
Berita Terkait