Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Cerita Tersembunyi di Balik Kelahiran Instagram

Cerita Tersembunyi di Balik Kelahiran Instagram


Fino Yurio Kristo - detikInet

Foto: Getty Images
Jakarta - Instagram sudah melangkah jauh. Aplikasi yang rilis tahun 2010 itu kini termasuk paling banyak penggunanya, jadi favorit para pesohor ataupun orang biasa yang ingin membagikan kehidupannya dalam bentuk foto.

Kevin Systrom, salah satu pendiri dan juga sang CEO, sekarang hartanya USD 1,1 miliar. Pada beberapa kesempatan, Systrom membagi kisah kelahiran Instagram yang mungkin belum banyak diketahui orang.

Tahun 2010, Systrom berlibur bersama pacar ke sebuah pantai di Meksiko. Systrom ada ide membuat aplikasi berbasis lokasi bernama Burbn, di mana pengguna bisa berbagi foto. Ia sudah mengantongi investasi USD 250 ribu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun sang pacar menolak memajang foto di situ, alasannya iPhone 4 yang dipakainya kurang bagus kameranya. Maka muncul ide membuat filter instan agar foto itu terlihat bagus. Lahirlah filter pertama dari tangan Systrom, dinamai X-Pro II.

"Saat itu, Facebook masih fokus di desktop, Flickr lebih tentang upload foto dengan kamera SLR dan Twitter kurang mendukung soal foto. Ini membuka kesempatan besar untuk membuat sesuatu di mana Anda bisa membagi apa yang terjadi dalam keseharian secara visual," sebut Sytrom yang detikINET kutip dari Guardian, Senin (8/8/2016).

Mencium kesempatan besar itu, maka lahirlah Instagram dengan beragam filter, yang tujuan awalnya membuat tampilan foto dari smartphone lebih baik. Hasilnya luar biasa, miliaran foto kini telah dibagikan di Instagram dan jumlah pengguna telah tembus setengah miliar.

Instagram kemudian dibeli Facebook sekitar USD 1 miliar di April 2012. Sebenarnya tak hanya Facebook yang berminat pada Instagram, kala itu Twitter juga berminat mengakuisisi. Namun Facebook akhirnya menang karena uangnya lebih banyak.

Di masa-masa itu, Instagram hanya punya 13 pegawai. Systrom dan pendiri Instagram yang lain, Mike Krueger pun bekerja sekuat tenaga agar Instagram sukses.

"Semuanya tentang keberuntungan dan banyak keras. Kami tak mengenal weekend. Server sering sekali down. Saat makin tumbuh, bisa down sejam sekali, bahkan 15 menit sekali. Sekarang memang sudah berbeda masalahnya, lebih kepada bagaimana strategi kami dan bagaimana melawan kompetitor," tutur pria yang baru saja menikah itu.

"Ketika Anda masih kecil, sangat sulit untuk sukses tanpa memberikan seluruh hidupmu pada apa yang Anda kerjakan. Teknologi bergerak sangat cepat dan satu keuntungan sebagai perusahaan kecil adalah kecepatan. Kerja selama tiga atau empat hari jadikan saja satu hari dan Anda akan mendapat keuntungan," jelas lulusan Stanford itu.

Di bawah naungan Facebook, Instagram semakin melaju kencang. Fiturnya pun makin banyak, yang terbaru adalah Stories di mana user bisa berbagi video yang dapat terhapus otomatis. Sampai kapan Instagram melesat? Waktu yang akan menjawabnya.

(fyk/ash)
TAGS







Hide Ads