'Kegilaan' HoloLens: Boyong Mesin Pesawat ke Ruang Kelas!
Hide Ads

Laporan dari Toronto

'Kegilaan' HoloLens: Boyong Mesin Pesawat ke Ruang Kelas!

Ardhi Suryadhi - detikInet
Selasa, 12 Jul 2016 10:16 WIB
Foto: Ardhi Suryadhi/detikINET
Toronto - Microsoft sukses membuat sekitar 16 ribu pasang mata yang memadati Air Canada Centre terpana lewat kemampuan perangkat berbasis Augmented Reality (AR) HoloLens.

Dan sepertinya, setelah melihat aksi HoloLens tersebut, mimpi 'gila' yang ada di film-film fiksi ilmiah tinggal menunggu waktu untuk menjadi kenyataan.

CEO Microsoft Satya Nadella menyebut HoloLens sebagai perangkat yang membawa sensasi baru sekaligus impian penggiat komputer sains ke dunia nyata. HoloLens tak dibikin ribet dengan berbagai kabel menguntai, dan bisa digunakan oleh siapa saja dan di mana saja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mixes reality, demikian kami menyebutnya (HoloLens-red.). Perangkat ini telah meningkat dari sisi kecepatan dan reality yang ditawarkan. Misalnya, siapa yang mau membawa mesin pesawat jet ke ruang kelas?" cetus Satya.

Dan benar saja, tim Microsoft benar-benar membawa mesin pesawat jet ketika mendemokan kemampuan HoloLens. Adalah Lorraine Bardeen, General Manager Windows, HoloLens Apps & Strategy serta Arantxa Lasa Cid, Program Director Windows, HoloLens Apps & Strategy yang unjuk gigi dengan HoloLens di atas panggung Microsoft Worldwide Partner Conference 2016, Toronto, Senin (11/7/2016).

Diambilnya contoh mesin pesawat jet ini lantaran Microsoft telah melakukan kolaborasi untuk uji coba HoloLens dengan Japan Airlines (JAL). Jadi demo tersebut diibaratkan ketika tim JAL tengah melakukan training di sebuah ruang kelas.

Tanpa ada persiapan ribet, Arantxa sejurus kemudian langsung mengenakan headgear HoloLens di kepalanya. Nah, agar audiens dapat melihat tampilan yang terlihat di HoloLens, ada juru kamera yang sudah dibekali perangkat khusus yang merekam aktivitas Arantxa dengan HoloLensnya. Sehingga di layar, kita bisa benar-benar melihat pandangan yang dilihat Arantxa dari layar HoloLens.

Sebab, pada dasarmya HoloLens merupakan headgear yang memiliki lensa transparan. Seperti kacamata biasa, pengguna tetap dapat melihat lingkungan di sekitar. Namun karena ada bumbu teknologi Augmented Reality (AR) di HoloLens, lingkungan sekitar yang terlihat juga menjadi lebih kaya karena ada tambahan gambar digital (AR).

Kembali ke Arantxa, HoloLens yang ia kenakan langsung menyajikan tampilan email dan dua layar lainnya. Layar AR tersebut tak cuma bisa dilihat tetapi juga dikontrol layaknya tampilan di layar komputer, cukup gunakan gerakan tangan. Selain itu, di atas meja juga muncul beberapa icon aplikasi yang bisa dimanfaatkan pengguna HoloLens.

Nah, ini bagian paling menariknya. Dikondisikan jika Arantxa ingin mempelajari bagian mesin pesawat jet. Namun, ia tak mau kalau metode pembelajarannya cuma lewat buku teks, tetapi langsung melihat alatnya.

Dengan seketika, langsung seonggok mesin pesawat jet diboyong ke dalam kelas. Tentu saja, mesin pesawat tersebut bukanlah perangkat nyata, melainkan ditampilkan dalam bentuk Augmented Reality, tetapi dengan detail yang persis.

Kemudian dengan perintah sederhana, mesin pesawat jet tersebut bisa dikulik sedemikian rupa. Mulai dari diputarbalikkan, ditampilkan dengan lebih detail sampai memberi penjelasan setiap bagian dengan informasi yang lengkap lewat suara otomatis dari komputer yang sudah terprogram.

Mesin pesawat jet yang dihadirkan Hololens (Ardhi Suryadhi/detikINET)
Dan dengan seketika, Arantxa pun mengubah ukuran mesin pesawat jet tersebut menjadi ukuran sebenarnya yang pastinya jauh lebih besar. "Hoo….," demikian kira-kira reaksi gemuruh audiens yang melihat aksi tersebut dan disambut tepuk tangan.

HoloLens sendiri saat ini belum dijual bebas kepada pengguna. Baru sebatas hadir bagi para developer. Namun menurut Satya, perangkat keren ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan industri arsitektur, desain, kesehatan dan masih banyak lagi.

"Ketika Anda mengubah cara Anda melihat dunia, Anda mengubah dunia yang Anda lihat. Saya ingin mendorong semua orang untuk melihat media dengan cara baru dalam konteks aplikasi dalam keseharian. Ini akan menjadi hal yang paling transformatif," tutup Satya. (ash/rou)

Berita Terkait