Menurut pengakuan peretasnya, VKontakte yang juga sering disebut sebagai Facebook versi Rusia sebenarnya sudah dibobol sejak beberapa tahun lalu, antara tahun 2012 sampai 2013. Namun baru kali ini ia menjual database pengguna situs tersebut.
Database itu berisikan sejumlah data seperti alamat email, nama, nomor telepon, lokasi dan password akun. Setelah dicoba, banyak dari akun tersebut memang ada di situs VKontakte, yang mengindikasikan kalau peretasan itu benar terjadi, demikian dikutip detikINET dari Business Insider, Selasa (7/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jadi, si peretas bisa saja mencoba menggunakan data-data login VKontakte untuk dicoba di situs lain. Hal semacam inilah yang mungkin terjadi pada peretasan akun Twitter dan Pinterest milik Mark Zuckerberg.
Si peretas bisa saja menggunakan password dari akun LinkedIn Zuck untuk login di Twitter dan Pinterest, karena LinkedIn sebelumnya juga terkena aksi peretasan besar-besaran, di mana data 160 juta penggunanya terancam bocor ke tangan yang tidak bertanggung jawab. (asj/ash)