Hal itu diakui Ketua Umum Forum Smart City Indonesia Suhono Harso Supangkat saat berbincang dengan detikINET, Jumat (3/6/2016). Dari pengalamannya, banyak cerita menggelitik tentang pemahaman dari masyarakat.
"Sekarang semua bicara smart city. Pas ditanya lebih dalam, ternyata memasang access point WiFi saja sudah dianggap smart city. Padahal ini masalah tata kelola dan memanfaatkan sumber daya di kotanya agar masyarakat sejahtera," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Namun teknologi saja tidak cukup, perlu tata kelola yang proper dan kesiapan orang. Itulah disruptive teknologi untuk solusi kota dan negara," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, sharing economy tidak sekedar disruptive technology, tetapi menyangkut kesejahteraan bangsa. Regulasi diperlukan agar tidak menjadi hanya untuk kekayaan sekelompok saja.
Suhono kemudian mengusulkan perlunya melihat isu-isu strategis di era digital dimana pemerintah memang harus terus menjaganya di smart city, seperti perlu adanya standarisasi, interperobility, dan security.
Ia pun mengingatkan, pemerintah harus membuat rambu-rambu yang jelas untuk smart city agar kedaulatan informasi tetap dijaga di Indonesia.
"Ini banyak aplikasi asing masuk ke daerah tawarkan smart city. Kalau tak dijaga, data center pakai luar juga. Kebayang gak data penduduk Indonesia dimonetisasi oleh orang asing tanpa si pemilik sadar," tutup Suhono. (rou/ash)