Malah siapa sangka kalau twitter telah melakukannya sejak lama. Untuk tahun 2015 lalu saja Twitter telah menggelontorkan setidaknya USD 300 ribu atau sekitar Rp 4 miliar (USD 1 = Rp 13.500) untuk para pemburu bug. Dari total angka tersebut, nilai terbesar yang dibayarkannya adalah USD 12 ribu. Sedangkan yang paling kecil USD 835.
Tercatat ada 5.171 laporan yang masuk dari 1.662 pelapor. Namun yang menarik, sepanjang 2015 ada satu pelapor yang disebut berhasil mendulang bayaran hingga USD 54.000 atau setara Rp 729 juta dari sejumlah laporannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlepas dari itu, perburuan bug dengan mengajak banyak pihak ini dipastikan akan terus berlanjut tahun 2016 ini, bahkan di tahun-tahun selanjutnya.
"Kami berterimakasih kepada semua peneliti keamanan yang telah bekerja keras menemukan dan melaporkan kerentanan di Twitter, dan kami melihat ke depan untuk terus bekerjasama di 2016 dan seterusnya," kata Twitter.
(yud/yud)











































