Dennis membangun perusahaan rintisannya itu pada November 2012 bersama teman-temannya. Kala itu baru sebatas pembuat konten video online. Tapi seiring perkembangannya, Layaria kini menaungi ratusan pembuat konten video online.
"Kalangan digital marketing menyebut Layaria sebagai influence marketplace. Tapi saya pribadi sih bilang video influence marketplace," terang pria ramah ini saat ditemui detikINET beberapa waktu lalu di kawasan SCBD, Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari pada marah-marah, ngata-ngatain TV atau sinetron, mending melakukan sesuatu," tegas pria kelahiran Malang ini.
Rajin Blusukan
Seperti umumnya pendiri startup, Dennis merangkap berbagai pekerjaan di awal-awal berdirinya Layaria. Ia mengibaratkan dirinya seperti pisau lipat Swiss Army.
"Saya menangani semuanya. Ngajar iya, business development iya, account executive iya sampai nentuin jam tayang juga iya," kenangnya.
Tapi sering waktu Layaria makin berkembang, ia mulai merekrut orang-orang untuk menangani pekerjaan penting yang selama ini ditangani. Dennis kini lebih memfokuskan diri para pengembangan Layaria secara keseluruhan termasuk mencari talenta berbakat.
"Saya percaya, the next Indonesia masterpiece itu terkadang tersembunyi di otak anak muda atau orangtua entah di mana, terkunci rapat. Kuncinya itu edukasi dan informasi. Kami bawa kuncinya, mudah-mudahan bisa unlock sesuatu," ujarnya.
Untuk itulah pria alumni Universitas Indonesia ini mengaku rajin blusukan ke sejumlah daerah demi mencari talenta berbakat dan mengedukasi masyarakat soal video online.
"Mirip Profesor X yang mencari mutan baru," kata pria yang pernah membintangi film Jomblo ini.
Selain Dennis, timnya di Layaria berkeliling ke sejumlah sekolah dan kampus di Jawa Barat dan Jakarta. Hal tersebut guna menemukan lebih banyak lagi bakat-bakat yang masih terpendam dan membuatnya lebih bersinar.
Mengasah Talenta
Saat membuat Layaria sebagai multi channel network (MCN), Dennis mengaku tidak hanya berupaya menghubungkan pembuat konten dengan sponsor. Tapi lebih dari itu, mereka ingin meningkatkan kemampuan para pembuat konten video online, sehingga karyanya makin berkualitas.
"Setelah join, kami memberikan workshop. Ada hari-hari di mana mereka ikut dan buat produksi bersama. Kami pun memberikan fasilitasi studio. Kami pun akan mementori mereka," papar Dennis.
Pihak Layaria sangat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung. Namun harus sesuai dengan persyaratan yang telah mereka tetapkan. Namun perlu diketahui Layaria menerapkan sistem bagi hasil kepada para pembuat konten.
"Kami yang akan mencarikan sponsor atau menyiapkan platformnya. Untuk itu kami memberlakukan revenue sharing. Jumlahnya cukup kecil dibanding MCN lain, hanya 10% setiap transaksi," jelas pemeran karakter Mamet di film 'Ada Apa dengan Cinta?'.
Dengan memberlakukan sistem ini, Dennis berharap para kreator dapat menjadi startup sendiri. Mereka bisa menentukan jalannya sendiri masing-masing.
"Para content maker dapat mutusin masa depannya sendiri mau jadi apa. Kita kasih workshop supaya dapat arahan sedikit mereka mau ke mana," pungkasnya.
(afr/ash)